Jelang KTT G20, China peringatkan kebijakan Fed AS

Selasa, 27 Agustus 2013 - 13:02 WIB
Jelang KTT G20, China...
Jelang KTT G20, China peringatkan kebijakan Fed AS
A A A
Sindonews.com - Pejabat senior China memperingatkan, Federal Reserve AS (Fed) untuk mempertimbangkan kapan dan seberapa cepat stimulus ekonomi dikurangi dalam menghindari kerugian di pasar negara berkembang.

Hal tersebut disampaikan Wakil Menteri Keuangan China Zhu Guangyao dan Wakil Gubernur Bank Sentral Yi Gang. Mereka melihat penjuangan ekonomi Brasil dan Indonesia dalam mengatasi pelarian modal, seiring kenaikan suku bunga AS dan rencana pengurangan program pembelian obligasi Fed yang mengeluarkan likuiditas di seluruh dunia.

"Perekonomian AS menunjukkan tanda-tanda positif dan sudah mulai pulih secara bertahap. Kami menyambut itu dengan baik," kata Zhu, menjelang KTT para pemimpin G20 di Rusia, pekan depan, seperti dilansir dari Reuters, Selasa (27/8/2013).

"Tapi Amerika Serikat - negara yang menerbitkan mata uang - harus mempertimbangkan efek spill-over dari kebijakan moneter, terutama kesempatan dan irama yang keluar dari kebijakan pelonggaran moneter," kata Zhu.

Pasar keuangan resah, Fed AS mungkin memutuskan akan mengurangi pembelian obligasi bulanan pada pertemuan 17-18 September mendatang.

Zhu menyebutkan, China sendiri menghadapi lingkungan ekonomi yang parah di dalam dan luar negeri, sehingga akan terus menjaga kebijakan ekonomi yang stabil. China akan menahan diri pemberian stimulus untuk ekonomi terbesar kedua di dunia itu, yang saat ini berada di jalur pertumbuhan 7,5 persen.

"Pemerintah akan mempercepat penyesuaian struktural, termasuk upaya untuk menangani kelebihan kapasitas pabrik," kata Zhu.

Sementara Wakil Gubernur Bank Sentral, Yi Gang menyatakan, masalah yang dihadapi negara bagaimana mengatasi ekonomi yang dikembangkan dengan mengetatkan kebijakan moneter.

"Pada kebijakan moneter, titik fokus (G20) adalah bagaimana meminimalkan dampak eksternal ketika negara maju keluar atau secara bertahap keluar dari pelonggaran kuantitatif. Yang menyebabkan arus modal menguap di pasar negara berkembang dan menempatkan tekanan pada mata uang emerging market," tandas Yi.
(dmd)
Berita Terkait
Waspada Gejolak Ekonomi...
Waspada Gejolak Ekonomi Dunia
Ekonomi China Pulih,...
Ekonomi China Pulih, Tumbuh 4,9 Persen Kuartal III 2020
PBB Prediksi Ekonomi...
PBB Prediksi Ekonomi Dunia Stagnan di 2,8 Persen pada 2025
Utang Luar Negeri IndonesiaNomor...
Utang Luar Negeri IndonesiaNomor 7 Terbesar di Dunia
Seram! Ketua OJK Beberkan...
Seram! Ketua OJK Beberkan Ancaman Ekonomi Dunia Tahun Depan
Konstribusi BRICS terhadap...
Konstribusi BRICS terhadap Pertumbuhan Ekonomi Global Kalahkan G7
Berita Terkini
Borong Employee Experience...
Borong Employee Experience Awards 2025, Bukti Komitmen Tim Human Capital ACC
5 jam yang lalu
Mengajak Pelanggan Mengimbangi...
Mengajak Pelanggan Mengimbangi 4.000 Ton Emisi CO2 Melawan Perubahan Iklim
5 jam yang lalu
China Ancam Perusahaan...
China Ancam Perusahaan Korea yang Kirim Produk Tanah Jarang ke AS
6 jam yang lalu
Boikot Produk Terafiliasi...
Boikot Produk Terafiliasi Israel Meluas, Apa Efeknya buat Ekonomi?
7 jam yang lalu
Dorong Ekonomi Syariah,...
Dorong Ekonomi Syariah, Global Islamic Finance Summit 2025 Siap Digelar
7 jam yang lalu
LG Mundur dari Proyek...
LG Mundur dari Proyek Baterai EV, Kadin Tepis RI Tak Menarik Bagi Investor
7 jam yang lalu
Infografis
Balas Dendam ke AS,...
Balas Dendam ke AS, China Naikkan Tarif Impor Jadi 125%
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved