Defisit neraca perdagangan Juli terbesar sepanjang sejarah
A
A
A
Sindonews.com - Defisit Neraca Perdagangan Indonesia pada Juli 2013 sebesar USD2,31 miliar diyakini sebagai yang terbesar sepanjang sejarah dalam hitungan month to month.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS), Sasmito Hadi Wibowo mengaku, defisit secara month to month tersebut adalah yang terbesar sejak zaman penjajahan Belanda.
"Saya rasa sejak zaman Belanda. Saya dulu sempat bikin paper neraca perdagangan sejak 1927," ujarnya di Gedung BPS, Jakarta, Senin (2/9/2013).
Namun, Sasmito juga menyebut defisit ini menandakan konsumsi masyarakat Indonesia yang semakin hari semakin besar dan mirip dengan China di beberapa tahun lalu.
"Sangat luar biasa, kita menyerap barang dari seluruh dunia dan berperilaku hampir seperti China di zaman dulu. China juga dulu menyerap barang-barang dari seluruh dunia," jelasnya.
Namun dia mengingatkan di saat itu pertumbuhan ekonomi China menjadi terganggu dan dia mengimbau agar pemerintah serius memikirkan hal ini. Tujuannya agar pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak terganggu karena terlalu banyak mengimpor barang.
"Sehingga pertumbuhannya terganggu dari situ. Jadi kita akan ada gangguan sementara karena konsumsinya naik terus," pungkas Sasmito.
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS), Sasmito Hadi Wibowo mengaku, defisit secara month to month tersebut adalah yang terbesar sejak zaman penjajahan Belanda.
"Saya rasa sejak zaman Belanda. Saya dulu sempat bikin paper neraca perdagangan sejak 1927," ujarnya di Gedung BPS, Jakarta, Senin (2/9/2013).
Namun, Sasmito juga menyebut defisit ini menandakan konsumsi masyarakat Indonesia yang semakin hari semakin besar dan mirip dengan China di beberapa tahun lalu.
"Sangat luar biasa, kita menyerap barang dari seluruh dunia dan berperilaku hampir seperti China di zaman dulu. China juga dulu menyerap barang-barang dari seluruh dunia," jelasnya.
Namun dia mengingatkan di saat itu pertumbuhan ekonomi China menjadi terganggu dan dia mengimbau agar pemerintah serius memikirkan hal ini. Tujuannya agar pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak terganggu karena terlalu banyak mengimpor barang.
"Sehingga pertumbuhannya terganggu dari situ. Jadi kita akan ada gangguan sementara karena konsumsinya naik terus," pungkas Sasmito.
(izz)