Produksi batu bara RI melonjak 273%
A
A
A
Sindonews.com - British Petroleum (BP) Statistical Review of World Energy 2013 merilis, produksi batu bara Indonsia naik sebesar 273 persen dalam sepuluh tahun terakhir.
Sementara, saat ini Indonesia menghasilkan 6,2 persen dari total produksi global. Artinya, Indonesia menduduki negara tertinggi ketiga di dunia sebagai penghasil batu bara.
BP Chief Economist, Christof Ruhlf mengatakan, batu bara berkontribusi sekitar 67 persen dari total produksi energi di Indonesia. Kemudian, disusul gas sebesar 18 persen dan minyak sebesar 13 persen.
"Ketiganya memiliki pangsa 32-33 persen produksi energi dalam 10 tahun terakhir," kata dia dalam acara BP Statistic Review of World Energy 2013 di Sangrila Hotel, Jakarta, Selasa (3/9/2013).
Hal itu sangat bertolak belakang dengan keadaan minyak di Indonesia. Dalam hal ini, produksinya justru merosot 30 persen dalam 10 tahun terakhir. Selain itu, produksi gas juga turun dua tahun berturut-turut kembali setara dengan level produksi pada 2008.
"Pada 2012 menunjukan penurunan produksi terbesar kedua dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Tapi minyak tetap menjadi bahan bakar dominan kontribusi sekitar 45 persen dari total konsumsi energi Indonesia disusul batu bara di posisi kedua dan gas," jelasnya.
Sementara, Ketua Umum Asosiasi Pertambangan Indonesia (APBI), Bob Kamandanu mengatakan, tingginya produksi batu bara di Indonesia harus dibarengi dengan kampanye energi bersih yang makin marak di dunia.
Pemerintah Amerika Serikat beberapa waktu lalu menyerukan agar energi batu bara harus rendah emisi. "China juga menyerukan hal yang sama. Termasuk berencana melarang impor batu bara kalori rendah yang menghasilkan emisi tinggi," katanya.
Bob mengatakan, batu bara banyak dituding sebagai salah satu sumber emisi dunia, sehingga harus ditanggapi serius oleh pemerintah dan pelaku usaha batu bara agar berperan mengurangi emisi yang semakin menguat.
"AS mengurangi konsusmi batu bara. Bahakan rencananya melarang perbankan tidak ikut membantu pendanaan pembangkit listrik batu bara yang tentu akan berpengaruh terhadap bisnis batu bara," pungkas dia.
Sementara, saat ini Indonesia menghasilkan 6,2 persen dari total produksi global. Artinya, Indonesia menduduki negara tertinggi ketiga di dunia sebagai penghasil batu bara.
BP Chief Economist, Christof Ruhlf mengatakan, batu bara berkontribusi sekitar 67 persen dari total produksi energi di Indonesia. Kemudian, disusul gas sebesar 18 persen dan minyak sebesar 13 persen.
"Ketiganya memiliki pangsa 32-33 persen produksi energi dalam 10 tahun terakhir," kata dia dalam acara BP Statistic Review of World Energy 2013 di Sangrila Hotel, Jakarta, Selasa (3/9/2013).
Hal itu sangat bertolak belakang dengan keadaan minyak di Indonesia. Dalam hal ini, produksinya justru merosot 30 persen dalam 10 tahun terakhir. Selain itu, produksi gas juga turun dua tahun berturut-turut kembali setara dengan level produksi pada 2008.
"Pada 2012 menunjukan penurunan produksi terbesar kedua dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Tapi minyak tetap menjadi bahan bakar dominan kontribusi sekitar 45 persen dari total konsumsi energi Indonesia disusul batu bara di posisi kedua dan gas," jelasnya.
Sementara, Ketua Umum Asosiasi Pertambangan Indonesia (APBI), Bob Kamandanu mengatakan, tingginya produksi batu bara di Indonesia harus dibarengi dengan kampanye energi bersih yang makin marak di dunia.
Pemerintah Amerika Serikat beberapa waktu lalu menyerukan agar energi batu bara harus rendah emisi. "China juga menyerukan hal yang sama. Termasuk berencana melarang impor batu bara kalori rendah yang menghasilkan emisi tinggi," katanya.
Bob mengatakan, batu bara banyak dituding sebagai salah satu sumber emisi dunia, sehingga harus ditanggapi serius oleh pemerintah dan pelaku usaha batu bara agar berperan mengurangi emisi yang semakin menguat.
"AS mengurangi konsusmi batu bara. Bahakan rencananya melarang perbankan tidak ikut membantu pendanaan pembangkit listrik batu bara yang tentu akan berpengaruh terhadap bisnis batu bara," pungkas dia.
(izz)