Indef: Lembaga pemeringkat lain di bibir, lain di hati
A
A
A
Sindonews.com - Terkait melesatnya peringkat Global Competitiveness Report (daya saing) Indonesia tahun 2013 menjadi peringkat 38 dari sebelumnya peringkat 50 pada tahun 2012, Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati berpendapat miring.
Dia menyebut, lembaga-lembaga pemeringkat kerapkali menyatakan hal positif tentang Indonesia tanpa disertai realisasi investasi secara konkret. Bahkan Enny menyebut bahwa mereka lain di bibir, lain di hati.
"Lembaga rating lain di bibir, lain di hati, tergantung kepentingannya. Yang pasti bukan rating bagus apa nggak tetapi investasi masuk atau nggak," ujar Enny di Gedung DPR, Rabu (4/9/2013) malam.
Hal ini menurut Enny, mirip dengan situasi tahun 2011 dimana Indonesia dinaikkan peringkat investasinya menjadi investment grade (layak investasi) oleh lembaga pemeringkat asing.
"Datang pun mereka nggak riil, realisasi kontribusi investasi terhadap pertumbuhan ekonomi juga masih rendah. Yang dibutuhkan sekarang adalah investasi bergerak," sambungnya.
Dia berpendapat, kenaikan peringkat Indonesia memang perlu tapi tidak terlalu penting. Yang pasti, menurut dia, tindakan nyata berupa investasi wajib menjadi kelanjutan kenaikan peringkat tersebut.
"Potensi menjadi riil belum cukup dan perlu tindakan riil untuk merealisasikan investasi, utamanya di sektor infrastruktur," tutup Enny.
Dia menyebut, lembaga-lembaga pemeringkat kerapkali menyatakan hal positif tentang Indonesia tanpa disertai realisasi investasi secara konkret. Bahkan Enny menyebut bahwa mereka lain di bibir, lain di hati.
"Lembaga rating lain di bibir, lain di hati, tergantung kepentingannya. Yang pasti bukan rating bagus apa nggak tetapi investasi masuk atau nggak," ujar Enny di Gedung DPR, Rabu (4/9/2013) malam.
Hal ini menurut Enny, mirip dengan situasi tahun 2011 dimana Indonesia dinaikkan peringkat investasinya menjadi investment grade (layak investasi) oleh lembaga pemeringkat asing.
"Datang pun mereka nggak riil, realisasi kontribusi investasi terhadap pertumbuhan ekonomi juga masih rendah. Yang dibutuhkan sekarang adalah investasi bergerak," sambungnya.
Dia berpendapat, kenaikan peringkat Indonesia memang perlu tapi tidak terlalu penting. Yang pasti, menurut dia, tindakan nyata berupa investasi wajib menjadi kelanjutan kenaikan peringkat tersebut.
"Potensi menjadi riil belum cukup dan perlu tindakan riil untuk merealisasikan investasi, utamanya di sektor infrastruktur," tutup Enny.
(rna)