Harga minyak di perdagangan dunia naik
A
A
A
Sindonews.com - Harga minyak di perdagangan dunia hari ini naik, di tengah kekhawatiran gangguan pasokan setelah Presiden AS Barack Obama membersihkan rintangan pertama di legislatif dalam upaya meraih dukungan dari kongres atas rencana serangan militer terhadap Suriah.
Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Oktober, naik 44 sen menjadi USD115,35 per barel pada perdagangan di London. Sementara kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk Oktober, naik 60 sen menjadi USD107,83 per barel.
Chua Hak Bin, ekonom Asia Tenggara dari Bank of America Merrill Lynch, Singapura mengemukakan, harga minyak yang tinggi dapat menekan pertumbuhan ekonomi.
"Lonjakan harga minyak datang pada waktu yang sangat buruk, ketika beberapa negara Asia terutama India dan Indonesia menghadapi tekanan inflasi tinggi, subsidi BBM yang besar dan pelebaran defisit perdagangan minyak," ujarnya, seperti dilansir dari AFP.
Kenaikan terjadi setelah Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS mendukung persetujuan perubahan pemogokan otorisasi resolusi di Suriah, meskipun dengan batas waktu 90 hari dan pembatasan penggunaan pasukan darat untuk keperluan tempur.
Obama bertemu dengan para pemimpin dunia di Rusia, Kamis (5/9/2013) waktu setempat, ketika berusaha menjembatani perpecahan mendalam atas dorongan aksi yang dipicu dugaan serangan senjata kimia di pinggiran kota Damaskus.
Teoh Say Hwa, kepala investasi Phillip Futures, Singapura mengatakan, ekspresi awal dukungan dari Kongres telah meningkatkan kemungkinan aksi militer. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa kerusuhan bisa menyebar di wilayah Timur Tengah, yang menyumbang sepertiga minyak mentah dunia. "Ini bisa mengganggu pasokan minyak," tandasnya.
Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Oktober, naik 44 sen menjadi USD115,35 per barel pada perdagangan di London. Sementara kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk Oktober, naik 60 sen menjadi USD107,83 per barel.
Chua Hak Bin, ekonom Asia Tenggara dari Bank of America Merrill Lynch, Singapura mengemukakan, harga minyak yang tinggi dapat menekan pertumbuhan ekonomi.
"Lonjakan harga minyak datang pada waktu yang sangat buruk, ketika beberapa negara Asia terutama India dan Indonesia menghadapi tekanan inflasi tinggi, subsidi BBM yang besar dan pelebaran defisit perdagangan minyak," ujarnya, seperti dilansir dari AFP.
Kenaikan terjadi setelah Komite Hubungan Luar Negeri Senat AS mendukung persetujuan perubahan pemogokan otorisasi resolusi di Suriah, meskipun dengan batas waktu 90 hari dan pembatasan penggunaan pasukan darat untuk keperluan tempur.
Obama bertemu dengan para pemimpin dunia di Rusia, Kamis (5/9/2013) waktu setempat, ketika berusaha menjembatani perpecahan mendalam atas dorongan aksi yang dipicu dugaan serangan senjata kimia di pinggiran kota Damaskus.
Teoh Say Hwa, kepala investasi Phillip Futures, Singapura mengatakan, ekspresi awal dukungan dari Kongres telah meningkatkan kemungkinan aksi militer. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa kerusuhan bisa menyebar di wilayah Timur Tengah, yang menyumbang sepertiga minyak mentah dunia. "Ini bisa mengganggu pasokan minyak," tandasnya.
(dmd)