PLN segera bangun pembangkit biomasa di Papua

Jum'at, 06 September 2013 - 11:55 WIB
PLN segera bangun pembangkit biomasa di Papua
PLN segera bangun pembangkit biomasa di Papua
A A A
Sindonews.com - PT Perusahaan Listrik Negara (persero) dan Perum Perhutani menjalin kesepakatan penyediaan tenaga listrik dan energi panas (heat) untuk pabrik sagu di distrik Kais, Sorong Selatan, Papua Barat.

Direktur Utama PLN Nur Pamudji menuturkan, penandatangan nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) penyediaan energi ini, merupakan bentuk sinergi sesama Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam mengembangkan energi baru terbarukan serta memajukan perekonomian di Papua.

Pengembangan pembangkit biomasa, imbuhnya, merogoh biaya lebih besar dibanding dengan membangun pembangkit listrik menggunakan diesel.

"Namun biaya operasional cukup murah. Perhutani hanya membayar pengembalian investasi kira-kira USD4 juta atau Rp40 miliar per megawatt yang diangsur tiap bulan," kata dia di kantor PLN, Jakarta, Jumat (6/9/2013).

Menurut Pamudji, pembangkit berkapasitas 3 megawaat (MW) ini ditargetkan rampung dalam satu tahun. Anak perusahaan PLN, PT Prima Layanan Nasional Enjiniring (PLN Enjiniring) bertugas membangun pembangkit listrik berbahan bakar biomassa itu. Adapun bahan bakar yang dipakai menggunakan sisa pengolahan kayu pohon sagu.

"Kayu dibakar dan menghasilkan panas guna memanasi minyak. Uap minyak itu kemudian memutar turbin lalu didinginkan pakai air kemudian membentu uap. Nah, uapnya dikirim ke pabrik untuk pengerikan. Jadi kami suplai listrik dan uap untuk pabrik sagu tersebut," jelasnya.

Di tempat yang sama, Direktur Utama Perum Perhutani Bambang Sukmananto menambahkan, kerja sama tersebut dilakukan karena saling membutuhkan. Perusahaan sagu memerlukan pasokan listrik, sehingga Perum Perhutani bekerja sama dengan PLN untuk penyediaan pasokan listrik dan panas. Sedangkan untuk jasa Engineering Procurement Construction (EPC), Perum Perhutani bekerja sama dengan PT Batara.

"Pabrik (sagu) ini dibangun untuk mengatasi tingginya harga bahan makanan pokok masyarakat Papua yang mencapai Rp18 ribu, lebih mahal dari harga di luar Papua sebesar Rp9.000," jelasnya.

Dia mengatakan, rencananya pabrik sagu akan memproduksi 100 ton sagu/hari. Untuk menyukseskan kerja sama itu, lanjut dia, Perum Perhutani menggandeng masyarakat lokal untuk ketersediaan bahan bakunya.

"Tapi Perhutani menanam sendiri bahan bakunya," kata dia.

Perlu diketahui, sagu merupakan makanan pokok masyarakat Papua. Dari sagu dapat dihasilkan beras sintetis untuk mencukupi kebutuhan pangan nasional. Adapun produksi sagu nasional mencapai 200 ribu ton per tahun atau sekitar 5 persen dari potensi sagu nasional.
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5751 seconds (0.1#10.140)