Petani di Kendal beralih jadi perajin batu bata
A
A
A
Sindonews.com - Petani di Desa Kebonadem, Kecamatan Brangsong, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah alih profesi menjadi perajin batu bata sejak sejak sungai Waridin mengering. Sungai tersebut biasanya dimanfaatkan untuk mencari bahan baku, seperti tanah liat dan tempat mengeringkan batu bata.
Kegiatan ini hanya dilakukan selama musim kemarau karena jika musim penghujan, sungai banjir sehingga tidak bisa mengambil bahan baku dan kembali beraktivitas sebagai petani.
Produksi batu bata selama musim kemarau mengalami peningkatan. Dalam sehari, satu perajin bisa membuat seribu batu bata. Tidak hanya itu, bahan baku tanah liat juga tidak sulit didapat karena memanfaatkan endapan tanah di dasar sungai.
Salah satu perajin batu bata, Sali mengatakan bahwa pembuatan batu bata di musim kemarau memang memanfaatkan sungai yang kering. Hampir seluruh perajin yang berjumlah 80 orang memanfaatkan keringnya sungai untuk membuat dan mengeringkan batu bata.
"Membuat batu bata hanya memanfaatkan endapan tanah di dasar sungai yang kering dengan dicampur serbuk gabah," kata perajin batu bara, Sali di Kendal, Selasa (10/9/2013).
Selanjutnya, bahan baku tersebut diletakkan di cetakan dan siap dikeringkan selama dua hari. Setelah mengering, batu bata disusun dalam tungku yang disiapkan di tanggul sungai. Untuk pembakaran batu bata dibutuhkan waktu dua hari dua malam. Adapun, harga satu batu bata ini dijual Rp500.
Kegiatan perajin batu bata yang memanfaatkan keringnya sungai Waridin itu setidaknya membantu pemerintah dalam menormalisasi sungai. Pasalnya, pemerintah tidak perlu mengerahkan alat berat untuk mengeruk endapan tanah di dasar sungai karena sudah diambil perajin untuk bahan pembuatan batu bata.
Kegiatan ini hanya dilakukan selama musim kemarau karena jika musim penghujan, sungai banjir sehingga tidak bisa mengambil bahan baku dan kembali beraktivitas sebagai petani.
Produksi batu bata selama musim kemarau mengalami peningkatan. Dalam sehari, satu perajin bisa membuat seribu batu bata. Tidak hanya itu, bahan baku tanah liat juga tidak sulit didapat karena memanfaatkan endapan tanah di dasar sungai.
Salah satu perajin batu bata, Sali mengatakan bahwa pembuatan batu bata di musim kemarau memang memanfaatkan sungai yang kering. Hampir seluruh perajin yang berjumlah 80 orang memanfaatkan keringnya sungai untuk membuat dan mengeringkan batu bata.
"Membuat batu bata hanya memanfaatkan endapan tanah di dasar sungai yang kering dengan dicampur serbuk gabah," kata perajin batu bara, Sali di Kendal, Selasa (10/9/2013).
Selanjutnya, bahan baku tersebut diletakkan di cetakan dan siap dikeringkan selama dua hari. Setelah mengering, batu bata disusun dalam tungku yang disiapkan di tanggul sungai. Untuk pembakaran batu bata dibutuhkan waktu dua hari dua malam. Adapun, harga satu batu bata ini dijual Rp500.
Kegiatan perajin batu bata yang memanfaatkan keringnya sungai Waridin itu setidaknya membantu pemerintah dalam menormalisasi sungai. Pasalnya, pemerintah tidak perlu mengerahkan alat berat untuk mengeruk endapan tanah di dasar sungai karena sudah diambil perajin untuk bahan pembuatan batu bata.
(rna)