Sepertiga makanan di dunia USD750 miliar terbuang

Rabu, 11 September 2013 - 19:07 WIB
Sepertiga makanan di...
Sepertiga makanan di dunia USD750 miliar terbuang
A A A
Sindonews.com - Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) PBB melaporkan, sepertiga makanan yang diproduksi di seluruh dunia terbuang, dengan nilai ekonomi global ditaksir sekitar USD750 miliar (570 miliar euro) per tahun.

FAO mencatat sedikitnya 1,3 miliar ton makanan terbuang percuma setiap tahun, di mana wilayah Asia termasuk China sebagai kontributor terbesar.

Direktur Umum FAO, Jose Graziano da Silva mengatakan, secara total sepertiga makanan yang diproduksi saat ini hilang atau terbuang, setara dengan Produk Domestik Bruto (PDB) Swiss.

"Kita tidak bisa membiarkan sepertiga dari semua produksi makanan pergi ke limbah atau hilang karena praktik yang tidak pantas, ketika 870 juta orang kelaparan setiap hari," ujar Graziano, seperti dilansir dari AFP, Rabu (11/9/2013).

Achim Steiner, kepala program lingkungan PBB (UNEP) menggambarkannya sebagai fenomena mengejutkan. "Ini adalah teguran besar. Kita mungkin tidak menangkap banyak dampak tak langsung dari limbah makanan ... dan biaya yang akan ditanggung anak cucu kita," imbuhnya.

"Ini memakan waktu kurang dari 37 tahun, penduduk di dunia bertambah 2 miliar orang. Bagaimana di masa depan, kita di bumi bisa makan?" tanyanya.

Steiner mengatakan, menghilangkan pemborosan makanan memiliki potensi besar mengurangi kelaparan. Pihaknya meminta warga untuk mulai melakukan dari individu dalam mengatasi masalah ini.

FAO menyebutkan, negara-negara berpenghasilan membuang limbah tinggi selama fase konsumsi pangan. Sementara negara-negara berkembang kehilangan makanan selama produksi.

Laporan di Asia, mengungkapkan lebih dari 100 kilogram (221 ​​pon) sayuran per kapita yang dihabiskan setiap tahun rata-rata di Industrialised Asia, termasuk China, Jepang dan Korea Selatan.

Diperkirakan bahwa wilayah tersebut membuang limbah 80 kilo sereal (beras) per orang, memperingatkan bahwa penanaman padi dengan intensitas tinggi dapat merusak kualitas dan lingkungan.

"Pemborosan sayuran di Asia terjadi mulai dari produksi, penanganan pasca-panen pertanian, penyimpanan sampai dengan tahap konsumsi," kata FAO .

Area kunci lain yang diidentifikasi dalam laporan limbah dan dampak lingkungan adalah industri daging di Amerika Utara dan Amerika Latin, serta pemborosan buah di Asia, Eropa dan Amerika Latin .

"Pengurangan pemborosan makanan tidak hanya akan menghindari tekanan pada sumber daya alam yang langka, tetapi juga mengurangi kebutuhan meningkatkan produksi pangan untuk memenuhi tuntutan populasi dunia yang berkembang pesat," jelasnya.

Badan pangan juga menekankan pentingnya daur ulang makanan menjadi sumber energi daripada membuangnya di tempat sampah. "Makanan yang berakhir membusuk di tempat pembuangan sampah adalah sumber besar metana, gas rumah kaca yang sangat berbahaya," tegas FAO.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8915 seconds (0.1#10.140)