Harga minyak di perdagangan dunia tergelincir
A
A
A
Sindonews.com - Harga minyak di perdagangan dunia akhir pekan ini turun, menanggapi upaya diplomatik agar Suriah menyerahkan senjata kimia dan mencegah serangan militer Amerika Serikat (AS), yang bisa mengganggu pasokan minyak mentah.
Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Oktober, turun 33 sen menjadi USD112,30 per berel dalam transaksi di London. Sementara kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk Oktober, kehilangan 91 sen menjadi USD107,69 per barel.
Harga minyak jatuh pekan ini, karena berkurangnya kekhawatiran atas kemungkinan serangan terhadap Suriah, setelah naik kuat pada dua pekan sebelumnya.
Minyak mentah New York sempat mencapai USD112,24 per barel pada akhir Agustus, yang merupakan level tertinggi selama lebih dari dua tahun. Meskipun Suriah bukan produsen minyak utama, pedagang khawatir konflik meluas di kawasan Timur Tengah, termasuk tetangga Irak, yang menjadi eksportir utama.
Presiden Rusia Vladimir Putin bersikeras, bahwa Suriah serius akan menyerahkan senjata kimia, di saat Moskow dan Washington memasuki hari kedua pembicaraan yang ditujukan untuk menghindari aksi militer pimpinan AS.
Menjelang pertemuan utama di Jenewa, Menteri Luar Negeri AS John Kerry dan rekannya dari Rusia Sergei Lavrov pertama kali bertemu dengan utusan PBB Liga Arab, Lakhdar Brahimi, untuk membahas proposal paralel pembicaraan damai.
Masalah senjata kimia akan mendominasi, setelah Presiden Suriah Bashar al-Assad menegaskan untuk pertama kalinya pada Kamis, berencana menyerahkan senjata kimianya.
"Di saat Menteri Luar Negeri AS John Kerry bertemu wakil Rusia Sergei Lavrov di Jenewa untuk mencari jalan keluar rincian kesepakatan masalah Suriah, pasar minyak kemungkinan akan mempertahankan pola sideways," kata analis Inenco berbasis di Inggris, Joe Conlan, seperti dilansir dari AFP.
Pembicaraan AS-Rusia menunda rencana serangan terhadap Damaskus atas dugaan penggunaan gas sarin oleh pasukan Assad, bulan lalu yang menewaskan ratusan warga sipil. Assad menyalahkan pemberontak oposisi atas serangan tersebut.
"Investor tetap berhati-hati atas langkah diplomatik untuk mendapatkan Suriah menyerahkan senjata kimia," ujar Teoh Say Hwa, kepala investasi broker Phillip Futures.
Harga minyak juga didukung laporan terbaru gangguan pasokan minyak mentah di Libya, setelah Perusahaan Minyak Nasional (NOC) pada Kamis melaporkan force majeure di tiga pelabuhan.
Ekspor minyak Libya pada Agustus sempat jatuh lebih dari 70 persen setelah pengunjuk rasa, termasuk polisi dan penjaga perbatasan, memaksa menutup terminal menuntut pembayaran.
Pasar minyak sempat naik kemarin, setelah Badan Energi Internasional (IEA) meningkatkan proyeksi permintaan untuk tahun depan, di tengah sentimen Suriah dan Libya.
"Pertumbuhan permintaan pada tahun depan menambah kecepatan, setelah memegang stabil pada 2013," kata IEA, lembaga internasional berbasis di Paris dalam laporan bulanannya.
Pengawas energi memperkirakan, bahwa pertumbuhan permintaan global akan meningkat menjadi 1,1 juta barel per hari ( mbpd ) pada 2014, dengan latar ekonomi makro yang mendasari membaik. Badan ini tidak mengubah pertumbuhan permintaan 2013, yang diperkirakan sebesar 895.000 barel per hari.
Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Oktober, turun 33 sen menjadi USD112,30 per berel dalam transaksi di London. Sementara kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk Oktober, kehilangan 91 sen menjadi USD107,69 per barel.
Harga minyak jatuh pekan ini, karena berkurangnya kekhawatiran atas kemungkinan serangan terhadap Suriah, setelah naik kuat pada dua pekan sebelumnya.
Minyak mentah New York sempat mencapai USD112,24 per barel pada akhir Agustus, yang merupakan level tertinggi selama lebih dari dua tahun. Meskipun Suriah bukan produsen minyak utama, pedagang khawatir konflik meluas di kawasan Timur Tengah, termasuk tetangga Irak, yang menjadi eksportir utama.
Presiden Rusia Vladimir Putin bersikeras, bahwa Suriah serius akan menyerahkan senjata kimia, di saat Moskow dan Washington memasuki hari kedua pembicaraan yang ditujukan untuk menghindari aksi militer pimpinan AS.
Menjelang pertemuan utama di Jenewa, Menteri Luar Negeri AS John Kerry dan rekannya dari Rusia Sergei Lavrov pertama kali bertemu dengan utusan PBB Liga Arab, Lakhdar Brahimi, untuk membahas proposal paralel pembicaraan damai.
Masalah senjata kimia akan mendominasi, setelah Presiden Suriah Bashar al-Assad menegaskan untuk pertama kalinya pada Kamis, berencana menyerahkan senjata kimianya.
"Di saat Menteri Luar Negeri AS John Kerry bertemu wakil Rusia Sergei Lavrov di Jenewa untuk mencari jalan keluar rincian kesepakatan masalah Suriah, pasar minyak kemungkinan akan mempertahankan pola sideways," kata analis Inenco berbasis di Inggris, Joe Conlan, seperti dilansir dari AFP.
Pembicaraan AS-Rusia menunda rencana serangan terhadap Damaskus atas dugaan penggunaan gas sarin oleh pasukan Assad, bulan lalu yang menewaskan ratusan warga sipil. Assad menyalahkan pemberontak oposisi atas serangan tersebut.
"Investor tetap berhati-hati atas langkah diplomatik untuk mendapatkan Suriah menyerahkan senjata kimia," ujar Teoh Say Hwa, kepala investasi broker Phillip Futures.
Harga minyak juga didukung laporan terbaru gangguan pasokan minyak mentah di Libya, setelah Perusahaan Minyak Nasional (NOC) pada Kamis melaporkan force majeure di tiga pelabuhan.
Ekspor minyak Libya pada Agustus sempat jatuh lebih dari 70 persen setelah pengunjuk rasa, termasuk polisi dan penjaga perbatasan, memaksa menutup terminal menuntut pembayaran.
Pasar minyak sempat naik kemarin, setelah Badan Energi Internasional (IEA) meningkatkan proyeksi permintaan untuk tahun depan, di tengah sentimen Suriah dan Libya.
"Pertumbuhan permintaan pada tahun depan menambah kecepatan, setelah memegang stabil pada 2013," kata IEA, lembaga internasional berbasis di Paris dalam laporan bulanannya.
Pengawas energi memperkirakan, bahwa pertumbuhan permintaan global akan meningkat menjadi 1,1 juta barel per hari ( mbpd ) pada 2014, dengan latar ekonomi makro yang mendasari membaik. Badan ini tidak mengubah pertumbuhan permintaan 2013, yang diperkirakan sebesar 895.000 barel per hari.
(dmd)