Ratusan perajin tahu-tempe di Semarang 'gulung tikar'
A
A
A
Sindonews.com - Akibat melambungnya harga kedelai, puluhan perajin tahu dan tempe di Kota Semarang, Jawa Tengah gulung tikar. Mereka mengaku tidak mampu berproduksi karena tidak kuat membeli bahan baku.
“Di Krobokan misalnya, ada sekitar 35 hingga 40 perajin tahu-tempe, karena tidak mampu memproduksi akhirnya alih profesi. Melihat seperti itu, kami harap pemerintah segera melakukan tindakan, termasuk menstabilkan harga," kata pengawas Primkopti Semarang Barat, Asrori, Sabtu (14/9/2013).
Hal senada juga diungkapkan Mugiyanto, salah seorang perajin tempe di daerah Krobokan Semarang. Menurut dia, tingginya harga kedelai membuat usahanya terus merugi. Bahkan, kenaikan harga kedelai saat ini lebih parah dari krisis moneter 1998.
“Lebih parah dari krisis dulu, kenaikan kedelai saat ini bisa mencapai 50%. Saat ini saja harganya sudah Rp9.300 per kg dan setiap hari terus mengalami kenaikan,” ungkapnya.
Meski sudah mengurangi ukuran tempe dan menaikkan harga, usaha Mugiyanto tetap rugi. Dia berharap pemerintah segera menstabilkan harga kedelai agar para perajin tetap bisa berproduksi seperti sebelumnya.
“Kami harap pemerintah segera menstabilkan harga kedelai, kalau bisa harga kedelai Rp8.000 per kilogram,” pungkasnya.
“Di Krobokan misalnya, ada sekitar 35 hingga 40 perajin tahu-tempe, karena tidak mampu memproduksi akhirnya alih profesi. Melihat seperti itu, kami harap pemerintah segera melakukan tindakan, termasuk menstabilkan harga," kata pengawas Primkopti Semarang Barat, Asrori, Sabtu (14/9/2013).
Hal senada juga diungkapkan Mugiyanto, salah seorang perajin tempe di daerah Krobokan Semarang. Menurut dia, tingginya harga kedelai membuat usahanya terus merugi. Bahkan, kenaikan harga kedelai saat ini lebih parah dari krisis moneter 1998.
“Lebih parah dari krisis dulu, kenaikan kedelai saat ini bisa mencapai 50%. Saat ini saja harganya sudah Rp9.300 per kg dan setiap hari terus mengalami kenaikan,” ungkapnya.
Meski sudah mengurangi ukuran tempe dan menaikkan harga, usaha Mugiyanto tetap rugi. Dia berharap pemerintah segera menstabilkan harga kedelai agar para perajin tetap bisa berproduksi seperti sebelumnya.
“Kami harap pemerintah segera menstabilkan harga kedelai, kalau bisa harga kedelai Rp8.000 per kilogram,” pungkasnya.
(dmd)