Para perajin manik-manik etnik kebanjiran order

Minggu, 15 September 2013 - 14:45 WIB
Para perajin manik-manik etnik kebanjiran order
Para perajin manik-manik etnik kebanjiran order
A A A
Sindonews.com - Digelarnya ajang Miss World di Indonesia memberi berkah tersendiri bagi para perajin manik-manik di Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Selama ajang Miss World berlangsung, pesanan kerajinan manik-manik meningkat hingga 25 persen.

Manik-manik buatan perajin asal Jombang sangat diminati wisatawan asing di Bali karena bermotif etnik yang kini sudah semakin langka.

Berbeda dengan bulan-bulan sebelumnya, meski hari ini adalah hari libur (hari minggu), para perajin manik-manik di sentra kerajinan manik-manik desa Plumbon Gambang kecamatan Gudo kabupaten Jombang, tetap berproduksi. Mereka terus dikejar pesanan yang dalam dua pekan terakhir meningkat tajam.

Salah satu perajin manik-manik, Nur Wachid mengaku, dalam dua pekan terakhir order manik-manik buatannya mengalami peningkatan hingga 25 persen. Penyebabnya, diduga karena adanya ajang Miss World yang saat ini digelar di Bali.

Menurutnya, sejak ajang Miss World digelar, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Bali dan singgah ke galerinya di Bali meningkat. Mereka memburu manik-manik etnik yang kini sudah semakin langka.

Itu sebabnya, di Jombang Nur Wachid terus mengerahkan pekerjanya untuk memenuhi pesanan tersebut. Maklum saja, berbeda dengan manik-manik buatan perajin dari daerah atau negara lain, manik-manik buatan perajin asal Jombang ini memang tergolong cukup istimewa karena masih mempertahankan unsur seni dan etnik tradisional dalam membuatnya.

Dalam produksinya, manik-manik buatan perajin Jombang tidak dibuat dengan mesin cetakan seperti produksi pabrik, tetapi benar-benar original dibuat dengan tangan perajin sendiri.

Selain itu, yang mereka produksi adalah manik-manik etnik khas suku-suku dari berbagai belahan dunia termasuk suku-suku pedalaman Indonesia yang kini sudah semakin langka.

"Ajang Miss World membuat pesanan kita meningkat. Seperti manik-manik Majapahitan, suku Dayak, suku Sabu, Sefron, manik Haye khas Sentani, dan masih banyak lagi," sebut Nur Wachid, Minggu (15/9/2013).

Menurut Nur Wachid, manik-manik jenis ini sangat diminati wisatawan asing karena memiliki nilai historis dan nilai seni yang cukup tinggi.

Membuat manik-manik jenis ini tidak tergolong mudah, karena dibutuhkan keahlian dan ketelatenan perajin dalam melukis atau memberi corak manik-maniknya dengan menggunakan bara api. Harga manik-manik jenis ini bervariasi, mulai dari Rp15 ribu sampai Rp180 ribu per biji.

Pada hari biasa, Nur Wachid mengaku pesanan manik-manik etniknya seperti gelang, kalung dan aksesoris lainnya, hanya berkisar antara 8-10 ribu biji perbulan. Namun sejak Miss World digelar di Bali, jumlah pesanan yang datang meningkat hingga 13 ribu biji.

Selain memiliki galeri di Jombang, Nur Wachid juga memiliki sejumlah galeri di Bali, sehingga ia merasakan langsung manfaat digelarnya ajang Miss World di pulau Dewata tersebut.

Sebab selain mempromosikan potensi wisata yang ada, ajang Miss World juga membuat buah karya seni para perajin manik-manik etnik tradisional seperti dirinya semakin dikenal luas masyarakat mancanegara.
(gpr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6359 seconds (0.1#10.140)