EIG jadi inti kesejahteraan rakyat RI
A
A
A
Sindonews.com - Konsep Employment Income Growth (EIG) sebagai inti dari upaya meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia. Konsep yang diajukan Guru Besar Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, Gunawan Sumodiningrat ini dapat diwujudkan dengan pemberdayaan masyarakat.
"Konsep EIG kalau diibaratkan dalam Bahasa Jawa sama dengan kerjo, untung, nabung. Ketiga hal inilah yang harus kita tanamkan dibenak masyarakat Indonesia. Masyarakat sendiri yang menggerakkan kesejahteraan mereka," ujar dia, Senin (16/9/2013).
Ditemui usai menghadiri Dialog Visi Negara Kesejahteraan 2045 di UGM, Gunawan menuturkan, secara sederhana, konsep EIG sebenarnya sudah dipahami masyarakat Indonesia. Namun karena peristiwa reformasi, masyarakat harus kembali diingatkan pentingnya konsep tersebut.
"Ini semua gara-gara reformasi yang membuat rakyat sendiri pada akhirnya kehilangan kendali. Karenanya, UGM akan berupaya mengembalikan lagi konsep tersebut pada masyarakat," katanya.
Gunawan menuturkan, membangun negara dari desa memang menjadi pilihan yang terbaik. Sama halnya dengan demokrasi, kesejahteraan rakyat juga harus dilakukan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Pemerintah hanya sebagai stimulan untuk memperlancar proses terwujudnya kesejahteraan tersebut.
"Dengan pemberdayaan masyarakat, mereka bisa menentukan sendiri apa yang akan diperbuat. Sehingga pada akhirnya masyarakat sendiri yang membuat mereka sejahtera. Tidak perlu ada Bantuan Langsung Sementara (BLSM). Rakyat kita jadi mandiri," tegasnya.
Sebagai penggagas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), Gunawan menyatakan, program tersebut harus dilanjutkan namun dengan penataan yang lebih baik lagi. Tak hanya itu, Inpres Desa Tertinggal (IDT) yang digagas pakar ekonomi kerakyatan UGM, Mubyarto juga menjadi program yang bisa dijalankan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat.
"Kedua program ini sangat menjawab pertanyaan bagaimana cara mensejahterakan rakyat Indonesia. Namun memang harus dijalankan dengan baik. Harus ada pengawalan terhadap implementasi program-program tersebut," paparnya.
"Konsep EIG kalau diibaratkan dalam Bahasa Jawa sama dengan kerjo, untung, nabung. Ketiga hal inilah yang harus kita tanamkan dibenak masyarakat Indonesia. Masyarakat sendiri yang menggerakkan kesejahteraan mereka," ujar dia, Senin (16/9/2013).
Ditemui usai menghadiri Dialog Visi Negara Kesejahteraan 2045 di UGM, Gunawan menuturkan, secara sederhana, konsep EIG sebenarnya sudah dipahami masyarakat Indonesia. Namun karena peristiwa reformasi, masyarakat harus kembali diingatkan pentingnya konsep tersebut.
"Ini semua gara-gara reformasi yang membuat rakyat sendiri pada akhirnya kehilangan kendali. Karenanya, UGM akan berupaya mengembalikan lagi konsep tersebut pada masyarakat," katanya.
Gunawan menuturkan, membangun negara dari desa memang menjadi pilihan yang terbaik. Sama halnya dengan demokrasi, kesejahteraan rakyat juga harus dilakukan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat. Pemerintah hanya sebagai stimulan untuk memperlancar proses terwujudnya kesejahteraan tersebut.
"Dengan pemberdayaan masyarakat, mereka bisa menentukan sendiri apa yang akan diperbuat. Sehingga pada akhirnya masyarakat sendiri yang membuat mereka sejahtera. Tidak perlu ada Bantuan Langsung Sementara (BLSM). Rakyat kita jadi mandiri," tegasnya.
Sebagai penggagas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), Gunawan menyatakan, program tersebut harus dilanjutkan namun dengan penataan yang lebih baik lagi. Tak hanya itu, Inpres Desa Tertinggal (IDT) yang digagas pakar ekonomi kerakyatan UGM, Mubyarto juga menjadi program yang bisa dijalankan untuk mencapai kesejahteraan masyarakat.
"Kedua program ini sangat menjawab pertanyaan bagaimana cara mensejahterakan rakyat Indonesia. Namun memang harus dijalankan dengan baik. Harus ada pengawalan terhadap implementasi program-program tersebut," paparnya.
(izz)