Pasca mogok, penjualan tahu-tempe turun 20%
A
A
A
Sindonews.com - Setelah para pedagang tahu dan tempe melakukan mogok produksi pada pekan lalu akibat kenaikan harga kedelai impor, kini penjualannya mengalami penurunan hingga 20 persen.
Berdasarkan pantauan Sindonews di sejumlah pasar di Kota Bandung, penjualan tahu-tempe menurun 20 persen. Di Pasar Cihaurgeulis, Bandung, para pedagang mengeluhkan turunnya angka penjualan. Dari biasanya 2.500 sampai 3.000 tahu terjual per hari di setiap pedagang. Kini hanya sekitar 2.000 tahu.
Begitu pun di Pasar Kosambi dan Pasar Simpang Dago yang dikeluhkan pembeli akibat kenaikan tersebut. Seorang pedagang di Pasar Cihaurgeulis, Oo Rohana mengatakan dalam sehari biasanya bisa menjual 3.000 tahu. Namun pasca kenaikan kedelai penjualannya menurun menjadi 2.400 tahu.
"Biasanya jam segini sudah habis, tapi sekarang masih ada sisa. Padahal jumlahnya sudah dikurangi," kata Oo, Senin (16/9/13).
Dia mengaku tidak menaikkan harga terlalu jauh, yakni hanya Rp100. Namun tetap saja banyak yang urung membeli. "Ya ini bisa dibilang barang ada tapi pembeli kurang. Kalau kemarin pedagang tidak ada, yang mau beli banyak. Itu pun sama saja dengan tempe," ungkap pria 58 tahun itu.
Hal yang sama diungkapkan Samha, pedagang tahu di Pasar Kosambi yang mengaku penjualannya menurun hingga 20 persen sejak harga tahu dan tempe dinaikkan. Padahal, sejumlah cara telah dilakukan untuk menekan harga tersebut.
"Agar tidak naik terlalu jauh, saya coba buat ukuran yang sedikit lebih kecil. Tapi tetap saja pembeli banyak yang mengeluh. Katanya sekarang mahal padahal hanya naik Rp50," kata Samha.
Menurutnya, saat mogok produksi, para pembeli menyangka harga akan turun, tapi keinginan itu tidak tercapai. "Ya mungkin pembeli kecewa karena ternyata naik. Tapi bagaimana lagi, terpaksa dinaikan karena memang harga kedelai sekarang sudah Rp9.300 per kg, padahal pas Ramadan hanya Rp7.600," tuturnya.
Kenaikan tersebut, kata Samha, jelas berpengaruh. Karena jumlah kedelai yang digunakan tidak sedikit. "Biasanya sekali belanja itu satu ton atau paling sedikit lima kuintal. Maka jelas jika ini berpengaruh besar buat kami," tambahnya.
Sejauh ini permasalahan kedelai masih didiskusikan pihak pemerintah pusat melalui Menteri Perdagangan Gita Wirjawan. Kesediaan kedelai yang terbatas masih menjadi kendala tinggi harga kedelai.
Berdasarkan pantauan Sindonews di sejumlah pasar di Kota Bandung, penjualan tahu-tempe menurun 20 persen. Di Pasar Cihaurgeulis, Bandung, para pedagang mengeluhkan turunnya angka penjualan. Dari biasanya 2.500 sampai 3.000 tahu terjual per hari di setiap pedagang. Kini hanya sekitar 2.000 tahu.
Begitu pun di Pasar Kosambi dan Pasar Simpang Dago yang dikeluhkan pembeli akibat kenaikan tersebut. Seorang pedagang di Pasar Cihaurgeulis, Oo Rohana mengatakan dalam sehari biasanya bisa menjual 3.000 tahu. Namun pasca kenaikan kedelai penjualannya menurun menjadi 2.400 tahu.
"Biasanya jam segini sudah habis, tapi sekarang masih ada sisa. Padahal jumlahnya sudah dikurangi," kata Oo, Senin (16/9/13).
Dia mengaku tidak menaikkan harga terlalu jauh, yakni hanya Rp100. Namun tetap saja banyak yang urung membeli. "Ya ini bisa dibilang barang ada tapi pembeli kurang. Kalau kemarin pedagang tidak ada, yang mau beli banyak. Itu pun sama saja dengan tempe," ungkap pria 58 tahun itu.
Hal yang sama diungkapkan Samha, pedagang tahu di Pasar Kosambi yang mengaku penjualannya menurun hingga 20 persen sejak harga tahu dan tempe dinaikkan. Padahal, sejumlah cara telah dilakukan untuk menekan harga tersebut.
"Agar tidak naik terlalu jauh, saya coba buat ukuran yang sedikit lebih kecil. Tapi tetap saja pembeli banyak yang mengeluh. Katanya sekarang mahal padahal hanya naik Rp50," kata Samha.
Menurutnya, saat mogok produksi, para pembeli menyangka harga akan turun, tapi keinginan itu tidak tercapai. "Ya mungkin pembeli kecewa karena ternyata naik. Tapi bagaimana lagi, terpaksa dinaikan karena memang harga kedelai sekarang sudah Rp9.300 per kg, padahal pas Ramadan hanya Rp7.600," tuturnya.
Kenaikan tersebut, kata Samha, jelas berpengaruh. Karena jumlah kedelai yang digunakan tidak sedikit. "Biasanya sekali belanja itu satu ton atau paling sedikit lima kuintal. Maka jelas jika ini berpengaruh besar buat kami," tambahnya.
Sejauh ini permasalahan kedelai masih didiskusikan pihak pemerintah pusat melalui Menteri Perdagangan Gita Wirjawan. Kesediaan kedelai yang terbatas masih menjadi kendala tinggi harga kedelai.
(izz)