Rupiah sore ini berhasil menguat
A
A
A
Sindonews.com - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada perdagangan sore ini berdasarkan data Bloomberg menguat di tengah melemahnya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Posisi nilai tukar rupiah terhadap USD berdasarkan data Bloomberg sore ini menguat ke level Rp11.182/USD. Posisi ini naik signifikan sebesar 198 poin dibanding penutupan kemarin di Rp11.380/USD. Sementara hari ini, posisi rupiah terlemah berada di level Rp11.460, sedangkan terkuat di Rp11.176/USD.
Sedangkan data yahoofinance mencatat, mata uang domestik hari ini berada di level Rp11.365/USD dengan kisaran Rp11.445, menguat 20 poin dibanding hari kemarin di level Rp11.385/uSD.
Data Sindonews bersumber dari Limas mencatat rupiah hari ini diperdagangkan pada level Rp11.368/USD, juga terapresiasi 20 poin dibanding awal pekan ini yang berada di level Rp11.388/USD.
Adapun, posisi rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI pada hari ini di level Rp11.451/USD, melemah 28 poin dibanding Senin (16/9/2013) di level Rp11.423/USD.
Pengamat Valuta Asing (Valas) Rahadyo Anggoro Widagdo mengatakan, masih belum seriusnya pemerintah dalam menciptakan keseimbangan antara ekspor dan impor menjadi faktor utama yang mendorong laju rupiah kembali merosot.
"Satu hal yang bisa mencegah pelemahan harus memperbaiki current account. Tapi sekarang belum bisa bisa karena pemerintah masih pro impor. Kebutuhan pokok kita saja masih impor. Ini menambah sentimen negatif," kata dia kepada Sindonews, Selasa (17/9/2013).
Seolah tak cukup dengan sentimen negatif tersebut, dia menjelaskan, pengumuman Deputi Gubernur Bank Indonesia yang menurunkan asumsi pertumbuhan ekonomi Indonesia juga menambah tekanan terhadap rupiah.
Namun, Anggoro menuturkan, sentimen dari luar negeri cukup positif, yakni mundurnya Mantan Menteri Keuangan Amerika Serikat Lawrence Summers dari pencalonan sebagai kandidat Gubernur The Fed.
Mundurnya Lawrence menjadikan posisi kandidat lainnya, Janet Yellen terpilih menggantikan Ben Bernanke sebagai Gubernur The Fed semakin kuat.
"Sebenernya ini jadi sentimen positif karena Janet Yellen dipercaya lebih pro market dan akan melanjutkan kebijakan, sehingga jumlah USD yang beredar tetap bisa memenuhi permintaan pasar, imbasnya rupiah bisa menguat," tutupnya.
Sementara sepanjang pekan ini, dia memprediksi bahwa rupiah masih akan cukup berfluktuasi cenderung melemah di kisaran Rp11.300-11.500/USD.
Posisi nilai tukar rupiah terhadap USD berdasarkan data Bloomberg sore ini menguat ke level Rp11.182/USD. Posisi ini naik signifikan sebesar 198 poin dibanding penutupan kemarin di Rp11.380/USD. Sementara hari ini, posisi rupiah terlemah berada di level Rp11.460, sedangkan terkuat di Rp11.176/USD.
Sedangkan data yahoofinance mencatat, mata uang domestik hari ini berada di level Rp11.365/USD dengan kisaran Rp11.445, menguat 20 poin dibanding hari kemarin di level Rp11.385/uSD.
Data Sindonews bersumber dari Limas mencatat rupiah hari ini diperdagangkan pada level Rp11.368/USD, juga terapresiasi 20 poin dibanding awal pekan ini yang berada di level Rp11.388/USD.
Adapun, posisi rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI pada hari ini di level Rp11.451/USD, melemah 28 poin dibanding Senin (16/9/2013) di level Rp11.423/USD.
Pengamat Valuta Asing (Valas) Rahadyo Anggoro Widagdo mengatakan, masih belum seriusnya pemerintah dalam menciptakan keseimbangan antara ekspor dan impor menjadi faktor utama yang mendorong laju rupiah kembali merosot.
"Satu hal yang bisa mencegah pelemahan harus memperbaiki current account. Tapi sekarang belum bisa bisa karena pemerintah masih pro impor. Kebutuhan pokok kita saja masih impor. Ini menambah sentimen negatif," kata dia kepada Sindonews, Selasa (17/9/2013).
Seolah tak cukup dengan sentimen negatif tersebut, dia menjelaskan, pengumuman Deputi Gubernur Bank Indonesia yang menurunkan asumsi pertumbuhan ekonomi Indonesia juga menambah tekanan terhadap rupiah.
Namun, Anggoro menuturkan, sentimen dari luar negeri cukup positif, yakni mundurnya Mantan Menteri Keuangan Amerika Serikat Lawrence Summers dari pencalonan sebagai kandidat Gubernur The Fed.
Mundurnya Lawrence menjadikan posisi kandidat lainnya, Janet Yellen terpilih menggantikan Ben Bernanke sebagai Gubernur The Fed semakin kuat.
"Sebenernya ini jadi sentimen positif karena Janet Yellen dipercaya lebih pro market dan akan melanjutkan kebijakan, sehingga jumlah USD yang beredar tetap bisa memenuhi permintaan pasar, imbasnya rupiah bisa menguat," tutupnya.
Sementara sepanjang pekan ini, dia memprediksi bahwa rupiah masih akan cukup berfluktuasi cenderung melemah di kisaran Rp11.300-11.500/USD.
(rna)