Minyak di Asia menguat usai Fed pertahankan stimulus
A
A
A
Sindonews.com - Harga minyak dunia di perdagangan Asia hari semakin kuat, setelah Federal Reserve AS (Fed) mempertahankan program stimulus moneter.
Kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk Oktober, menambah 52 sen menjadi USD108,59 per barel pada perdagangan pertengahan pagi. Di mana sehari sebelumnya melonjak USD2,65.
Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman November, naik 27 sen menjadi USD110,87 per barel, setelah meningkat USD2,41 kemarin.
Pasar memperkirakan kebijakan bank sentral AS, melalui Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) akan menurunkan stimulus moneter USD85 per bulan. Namun, FOMC mengatakan pihaknya akan mempertahankan kebijakan di tengah pemotongan pengeluaran pemerintah.
"Kami memutuskan untuk menunggu lebih banyak bukti bahwa kemajuan bertahan sebelum memutuskan menurunkan paket stimulus," ucapnya.
Victor Shum, managing director IHS Purvin and Gertz, konsultan energi di Singapura mengatakan, minyak sedang booming. "The Fed telah memutuskan untuk melanjutkan program stimulus moneter, sehingga telah meningkatkan ekuitas dan pasar komoditas global. Tentu saja termasuk minyak berjangka di Asia," ujarnya, seperti dilansir dari AFP.
Data penurunan stok minyak mentah AS, menunjukkan permintaan kuat di ekonomi terbesar dunia itu juga turut mendukung harga. "Persediaan minyak mentah AS turun lebih dari yang diperkirakan, di mana stok bahan bakar bensin dan solar turun. Konsumsi minyak AS tampaknya sangat kuat," katanya.
Departemen Energi AS menyatakan persediaan minyak mentah jatuh 4,4 juta barel pekan lalu, lebih dari perkiraan 1,2 juta barel.
Kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk Oktober, menambah 52 sen menjadi USD108,59 per barel pada perdagangan pertengahan pagi. Di mana sehari sebelumnya melonjak USD2,65.
Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman November, naik 27 sen menjadi USD110,87 per barel, setelah meningkat USD2,41 kemarin.
Pasar memperkirakan kebijakan bank sentral AS, melalui Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) akan menurunkan stimulus moneter USD85 per bulan. Namun, FOMC mengatakan pihaknya akan mempertahankan kebijakan di tengah pemotongan pengeluaran pemerintah.
"Kami memutuskan untuk menunggu lebih banyak bukti bahwa kemajuan bertahan sebelum memutuskan menurunkan paket stimulus," ucapnya.
Victor Shum, managing director IHS Purvin and Gertz, konsultan energi di Singapura mengatakan, minyak sedang booming. "The Fed telah memutuskan untuk melanjutkan program stimulus moneter, sehingga telah meningkatkan ekuitas dan pasar komoditas global. Tentu saja termasuk minyak berjangka di Asia," ujarnya, seperti dilansir dari AFP.
Data penurunan stok minyak mentah AS, menunjukkan permintaan kuat di ekonomi terbesar dunia itu juga turut mendukung harga. "Persediaan minyak mentah AS turun lebih dari yang diperkirakan, di mana stok bahan bakar bensin dan solar turun. Konsumsi minyak AS tampaknya sangat kuat," katanya.
Departemen Energi AS menyatakan persediaan minyak mentah jatuh 4,4 juta barel pekan lalu, lebih dari perkiraan 1,2 juta barel.
(dmd)