Harga anjlok, perusahaan batu bara kurangi produksi
A
A
A
Sindonews.com - Fluktuasi harga batu bara di pasaran internasional yang terus menurun mengakibatkan beberapa perusahaan tambang batu bara di Tanah Air mulai mengurangi produksi.
Sebagai negara produsen batu bara, Indonesia saat ini ikut terkena dampak turunnnya harga di pasaran internasional sejak satu tahun terakhir.
"Produksi batu bara Indonesia mencapai 400 juta ton per tahun dan 25-30 persen diantarnya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, sisanya 70 juta ton untuk ekspor," ujar Direktur Pembinaan Usaha Batubara Ditjen Minerba Kementerian ESDM, Edi Prasodjo di Kuta, Bali, Senin (23/9/2013).
Menurutnya, beberapa negara tujuan ekspor batu bara seperti China, Jepang, Korea, dan India masih menjadi pasar terbesar bagi batu bara Indonesia.
Namun, saat ini beberapa perusahaan batu bara nasional mulai mengurangi produksi karena harga tidak menguntungkan dibanding 2011. Di mana pada 2011, sekitar 80 persen atau hingga 391 juta ton batu bara untuk memenuhi ekspor.
"Setahun atau dua tahun ini, harga mengalami fluktuasi, harga komoditas ini terus dipengaruhi supplai dan demand pasar internasional," kata Thobrani Alwi, Staf Khusus Menteri ESDM di sela Annual Business Meeting on Indonesian Coal Producer and Buyers.
Dia mengatakan, harga batu bara pada September tahun ini mencapai USD76 per ton. Padahal, harga tertinggi pada 2011 pernah mencapai di atas USD130 per ton.
Kondisi biaya-biaya produksi yang terus meningkat, sementara fluktuasi harga cenderung menurun membuat perusahaan batu bara mulai mengurangi produksi. "Ada yang mulai menghentikan dan menurunkan produksinya agar bisa bertahan (survive)," imbuhnya.
Untuk perusahaan-perusahaan besar, lanjut dia, tetap beroperasi meskipun margin-nya berkurang. Di pihak lain, dalam pengembangan batu bara ke depan pemerintah terus mendorong untuk pemanfaatan dalam negeri bisa lebih diperbesar ketimbang ekspor.
Salah satu pemanfaatannya dengan pemakaian bahan bakar batu bara untuk PLTU seperti di Sumatera. Selain itu, ke depan untuk memudahkan pengawasan dan pengendalian kegiatan ekspor batu bara perlunya dibatasi pelabuhan-pelabuhan ekspor batu bara yang saat ini banyak tersebar di Tanah Air.
Selain itu, untuk mengantisipasi meningkatkan produksi saat ini pemerintah tengah mengusahakan perlunya draft pengendalian produksi dan aturan baku harga batu bara.
Sebagai negara produsen batu bara, Indonesia saat ini ikut terkena dampak turunnnya harga di pasaran internasional sejak satu tahun terakhir.
"Produksi batu bara Indonesia mencapai 400 juta ton per tahun dan 25-30 persen diantarnya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, sisanya 70 juta ton untuk ekspor," ujar Direktur Pembinaan Usaha Batubara Ditjen Minerba Kementerian ESDM, Edi Prasodjo di Kuta, Bali, Senin (23/9/2013).
Menurutnya, beberapa negara tujuan ekspor batu bara seperti China, Jepang, Korea, dan India masih menjadi pasar terbesar bagi batu bara Indonesia.
Namun, saat ini beberapa perusahaan batu bara nasional mulai mengurangi produksi karena harga tidak menguntungkan dibanding 2011. Di mana pada 2011, sekitar 80 persen atau hingga 391 juta ton batu bara untuk memenuhi ekspor.
"Setahun atau dua tahun ini, harga mengalami fluktuasi, harga komoditas ini terus dipengaruhi supplai dan demand pasar internasional," kata Thobrani Alwi, Staf Khusus Menteri ESDM di sela Annual Business Meeting on Indonesian Coal Producer and Buyers.
Dia mengatakan, harga batu bara pada September tahun ini mencapai USD76 per ton. Padahal, harga tertinggi pada 2011 pernah mencapai di atas USD130 per ton.
Kondisi biaya-biaya produksi yang terus meningkat, sementara fluktuasi harga cenderung menurun membuat perusahaan batu bara mulai mengurangi produksi. "Ada yang mulai menghentikan dan menurunkan produksinya agar bisa bertahan (survive)," imbuhnya.
Untuk perusahaan-perusahaan besar, lanjut dia, tetap beroperasi meskipun margin-nya berkurang. Di pihak lain, dalam pengembangan batu bara ke depan pemerintah terus mendorong untuk pemanfaatan dalam negeri bisa lebih diperbesar ketimbang ekspor.
Salah satu pemanfaatannya dengan pemakaian bahan bakar batu bara untuk PLTU seperti di Sumatera. Selain itu, ke depan untuk memudahkan pengawasan dan pengendalian kegiatan ekspor batu bara perlunya dibatasi pelabuhan-pelabuhan ekspor batu bara yang saat ini banyak tersebar di Tanah Air.
Selain itu, untuk mengantisipasi meningkatkan produksi saat ini pemerintah tengah mengusahakan perlunya draft pengendalian produksi dan aturan baku harga batu bara.
(izz)