Produsen terbesar, RI diminta tegas soal CPO

Rabu, 02 Oktober 2013 - 11:31 WIB
Produsen terbesar, RI...
Produsen terbesar, RI diminta tegas soal CPO
A A A
Sindonews.com - Anggota Komisi IV DPR Siswono Yudhohusodo menyatakan, dalam Konferensi Tingkat tinggi Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) 2013 di Bali harus dimanfaatkan pemerintah untuk menekan Amerika Serikat dan Uni Eropa untuk melanggorkan pasar minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) mereka.

“Saat ini Indonesia menjadi tuan rumah APEC. Indonesia adalah negara terbesar yang memproduksi kelapa sawit sejak lima tahun terakhir. Investor di bidang ini juga banyak yang berasal dari Amerika dan Eropa. Sepatutnya CPO mendapat pelonggaran,” ujarnya di Jakarta, Rabu (2/10/2013).

Berdasarkan catatanya, Indonesia kerap tidak percaya diri meskipun telah menjadi negara terbesar yang memproduksi kelapa sawit sejak lima tahun terakhir. Contohnya, patokan harga CPO dunia justru menggunakan ringgit Malaysia.

Padahal, dia menjelaskan, Indonesia masih mengungguli Malaysia untuk produksi CPO. Tahun ini, produksi CPO Indonesia mencapai 25 ton, sedangkan Malaysia hanya 18,9 juta ton.

“Sebagai pemain terbesar, Indonesia harusnya lebih dominan dalam komoditas ini. Konsumsi minyak kepala sawit di dunia sendiri meningkat sebanyak 7 persen setiap tahunnya. Harusnya Indonesia lebih agresif,” tuturnya.

Sementara itu, harga minyak kelapa sawit dunia kini sudah dua kali lipat dari biaya produksinya dalam beberapa tahun terakhir, yang tidak terjadi dengan komoditi lainnya di Asia selama beberapa dekade.

Bagi Indonesia, ekspor CPO menjadi pendorong utama kinerja ekspor nonmigas pada Mei 2013. Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, pada Mei 2013, ekspor lemak dan minyak hewan/nabati Indonesia naik USD 311,9 juta dari USD1.400,4 juta pada April 2013 menjadi USD1.712,3 juta.

Menurut dia, pemerintah harus memiliki keberanian untuk memasukkan minyak kelapa sawit dan karet ke dalam daftar produk ramah lingkungan yang mendapat pengurangan tarif hingga 5 persen.

“Indonesia harus bisa membujuk negara-negara APEC dengan memasukkan CPO sebagai produk yang bukan hanya ramah lingkungan, tetapi juga memberikan kontribusi pada program pengentasan kemiskinan dan pembangunan desa,” tegasnya.
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6502 seconds (0.1#10.140)