BI: Pertumbuhan ekonomi domestik mengalami perlambatan

Selasa, 08 Oktober 2013 - 16:32 WIB
BI: Pertumbuhan ekonomi...
BI: Pertumbuhan ekonomi domestik mengalami perlambatan
A A A
Sindonews.com - Bank Indonesia (BI) menilai, sejalan dengan pelemahan ekonomi global yang masih berlanjut, kinerja perekonomian domestik menunjukkan kecenderungan yang melambat.

"Perekonomian domestik diprakirakan tumbuh 5,6 persen di Triwulan III/2013 dan untuk 2013 masih berada pada kisaran 5,5-5,9 persen," kata Direktur Eksekutif Komunikasi Bank Indonesia (BI), Difi Djohansyah dalam keterangan tertulisnya, Selasa (8/10/2013).

Perlambatan ini, lanjut dia, memang terjadi lantaran tertekan oleh kondisi ekonomi global yang juga tengah tertekan. "Bank Indonesia mencermati perekonomian global cenderung melambat dan diliputi oleh ketidakpastian yang tinggi. Kinerja perekonomian di negara-negara maju seperti Amerika Serikat (AS), Eropa dan Jepang belum kuat meski mulai menunjukkan perbaikan," terang dia.

Dia melanjutkan, perekonomian negara berkembang dibayangi risiko penurunan pertumbuhan ekonomi serta menurunnya kinerja transaksi berjalan dan pelemahan nilai tukar. Pada saat yang sama, penurunan harga komoditas masih terus terjadi, kecuali harga minyak.

Di pasar keuangan, sejumlah risiko terkait dengan penundaan kebijakan pengurangan stimulus The Fed (tapering), perdebatan debt ceiling dan penghentian sementara layanan pemerintah AS (government shutdown).

"Secara keseluruhan, melalui jalur perdagangan perkembangan perekonomian global tersebut memberikan tekanan pada kinerja ekspor negara-negara berkembang, termasuk Indonesia," simpulnya.

Sementara itu, melalui jalur keuangan perkembangan tersebut dalam jangka sangat pendek mendorong masuknya aliran dana non residen ke bursa saham dan obligasi kawasan serta menguatnya mata uang Asia.

Kinerja ekonomi global yang masih melambat dan pergerakan harga komoditas yang masih cenderung menurun, mendorong masih terbatasnya kinerja ekspor.

"Konsumsi rumah tangga dan investasi diprakirakan masih tertekan sebagai dampak dari menurunnya daya beli akibat tingginya tekanan harga pasca kenaikan harga BBM bersubsidi," pungkasnya.
(gpr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9645 seconds (0.1#10.140)