Harga minyak di Asia masih tertekan
A
A
A
Sindonews.com - Harga minyak di perdagangan Asia masih lemah, di bawah bayang-bayang upaya mengakhiri shutdown pemerintah Amerika Serikat (AS) yang telah memicu kekhawatiran default utang.
Kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November, turun satu sen di angka USD103,48 per barel pada perdagangan pagi. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk November turun 16 sen menjadi USD110,00 per barel.
"Ada sedikit perubahan dalam fokus di bagian depan minyak, dimana stand-off anggaran AS terus memberikan tekanan pada harga," kata Desmond Chua, analis pasar CMC Markets, Singapura, seperti dilansir AFP, Rabu (9/10/2013).
Shutdown parsial pemerintah AS memasuki hari kesembilan, Presiden Barack Obama menyatakan, pihaknya tidak akan menyerah terhadap tuntutan Partai Republik melakukan pemotongan aturan kesehatan sebelum mereka setuju dengan anggaran baru dan menaikkan batas pinjaman negara.
Namun, pihaknya akan menerima kesepakatan jangka pendek untuk menaikkan plafon utang dan membuka kembali pemerintah, sebuah langkah yang secara efektif akan menunda krisis selama beberapa pekan.
Kegagalan menjelang batas waktu 17 Oktober, berarti pemerintah tidak akan mampu membayar tagihan atau membayar utang, yang menyebabkan default. Dimana para analis telah memperingatkan kondisi ini bisa mengirim perekonomian dunia kembali dalam resesi.
"Investor sangat menyadari bahwa resolusi masih tergantung pada Kongres (Dewan Perwakilan Rakyat ), yang tetap menemui jalan buntu," ujar Chua.
Dealer juga akan memantau rilis laporan mingguan persediaan minyak AS, dengan perkiraan stok sebesar 1,4 juta barel, menurut survei Dow Jones Newswires.
Kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November, turun satu sen di angka USD103,48 per barel pada perdagangan pagi. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk November turun 16 sen menjadi USD110,00 per barel.
"Ada sedikit perubahan dalam fokus di bagian depan minyak, dimana stand-off anggaran AS terus memberikan tekanan pada harga," kata Desmond Chua, analis pasar CMC Markets, Singapura, seperti dilansir AFP, Rabu (9/10/2013).
Shutdown parsial pemerintah AS memasuki hari kesembilan, Presiden Barack Obama menyatakan, pihaknya tidak akan menyerah terhadap tuntutan Partai Republik melakukan pemotongan aturan kesehatan sebelum mereka setuju dengan anggaran baru dan menaikkan batas pinjaman negara.
Namun, pihaknya akan menerima kesepakatan jangka pendek untuk menaikkan plafon utang dan membuka kembali pemerintah, sebuah langkah yang secara efektif akan menunda krisis selama beberapa pekan.
Kegagalan menjelang batas waktu 17 Oktober, berarti pemerintah tidak akan mampu membayar tagihan atau membayar utang, yang menyebabkan default. Dimana para analis telah memperingatkan kondisi ini bisa mengirim perekonomian dunia kembali dalam resesi.
"Investor sangat menyadari bahwa resolusi masih tergantung pada Kongres (Dewan Perwakilan Rakyat ), yang tetap menemui jalan buntu," ujar Chua.
Dealer juga akan memantau rilis laporan mingguan persediaan minyak AS, dengan perkiraan stok sebesar 1,4 juta barel, menurut survei Dow Jones Newswires.
(dmd)