Kepala keuangan dunia peringatkan efek shutdown AS
A
A
A
Sindonews.com - Kepala keuangan dunia mengecam kemacetan politik Amerika Serikat (AS), yang mereka identifikasi sebagai ancaman terbesar bagi perekonomian global dan pasar keuangan.
Dalam pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia di Washington, para pembuat kebijakan menyatakan keprihatinannya terhadap kegagalan anggota parlemen AS mengakhiri shutdown pemerintah serta peningkatan plafon utang AS yang akan memicu default dan resesi.
"Kurangnya resolusi memiliki konsekuensi negatif bagi perekonomian AS dan efek spillover, yang berarti konsekuensi negatif bagi seluruh dunia," kata Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde, seperti dilansir dari Bloomberg Television, Jumat (11/10/2013).
Sepuluh hari shutdown, anggota parlemen memiliki satu pekan tersisa untuk mengangkat USD16,7 miliar batas pinjaman AS atau risiko default yang berpotensi akan terdengar menggema seperti runtuhnya Lehman Brothers Holdings Inc pada 2008.
"Jika kebuntuan berlanjut mungkin ini dapat menyebabkan kerusakan parah bagi perekonomian AS dan dunia," kata Presiden Bank Sentral Eropa (ECB), Mario Draghi di New York.
Lagarde dan Menteri Keuangan AS Jacob J Lew juga memperingatkan bahwa kebuntuan politik bisa menguras safe-haven status aset AS. "Dunia benar-benar menghitung tanggung jawab kita," kata Lew kepada Komite Keuangan Senat.
Potensi yang akan terjadi sudah cukup bagi IMF memperingatkan dampak default bisa serius membahayakan kegiatan global dan memangkas proyeksi ekonomi untuk tahun ini menjadi 2,9 persen dari perkiraan 3,1 persen pada Juli. Sementara proyeksi tahun depan menjadi 3,6 persen dari 3,8 persen.
Bahkan dengan stabilisasi, ekspansi terbaru masih rata-rata setengah kecepatan sebelum krisis keuangan 2008, sehingga rentan terhadap guncangan.
Dalam pertemuan tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia di Washington, para pembuat kebijakan menyatakan keprihatinannya terhadap kegagalan anggota parlemen AS mengakhiri shutdown pemerintah serta peningkatan plafon utang AS yang akan memicu default dan resesi.
"Kurangnya resolusi memiliki konsekuensi negatif bagi perekonomian AS dan efek spillover, yang berarti konsekuensi negatif bagi seluruh dunia," kata Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde, seperti dilansir dari Bloomberg Television, Jumat (11/10/2013).
Sepuluh hari shutdown, anggota parlemen memiliki satu pekan tersisa untuk mengangkat USD16,7 miliar batas pinjaman AS atau risiko default yang berpotensi akan terdengar menggema seperti runtuhnya Lehman Brothers Holdings Inc pada 2008.
"Jika kebuntuan berlanjut mungkin ini dapat menyebabkan kerusakan parah bagi perekonomian AS dan dunia," kata Presiden Bank Sentral Eropa (ECB), Mario Draghi di New York.
Lagarde dan Menteri Keuangan AS Jacob J Lew juga memperingatkan bahwa kebuntuan politik bisa menguras safe-haven status aset AS. "Dunia benar-benar menghitung tanggung jawab kita," kata Lew kepada Komite Keuangan Senat.
Potensi yang akan terjadi sudah cukup bagi IMF memperingatkan dampak default bisa serius membahayakan kegiatan global dan memangkas proyeksi ekonomi untuk tahun ini menjadi 2,9 persen dari perkiraan 3,1 persen pada Juli. Sementara proyeksi tahun depan menjadi 3,6 persen dari 3,8 persen.
Bahkan dengan stabilisasi, ekspansi terbaru masih rata-rata setengah kecepatan sebelum krisis keuangan 2008, sehingga rentan terhadap guncangan.
(dmd)