Penjualan kondominium diprediksi lampaui 2012
A
A
A
Sindonews.com - Head of Residential Jones Lang LaSalle, Luke Rowe mengatakan, bahwa kenaikan suku bunga dan tindakan Bank Indonesia dalam menerapkan aturan baru terkait LTV (loan to value ratio) secara umum memberikan pengaruh bagi penjualan di sektor kondominium.
Menurutnya, antara Juli dan September 2013, jumlah penjualan kondominium yang dipantau di pasar primer mencapai sekitar 2.390 unit. "Hampir separuh dari total penjualan triwulan sebelumnya," ujar dia dalam rilisnya, Kamis (17/10/2013).
Meski penjualan diprediksi akan melambat pada paruh kedua tahun ini, namun total penjualan 2013 akan menjadi rekor baru melampaui rekor 2012. Di mana selama 2012 penjualan mencapai sekitar 12.700 unit. "Sampai September, penjualan kondominium telah mencapai lebih dari 11.000 unit," kata dia.
Optimisme yang positif pun terlihat di sektor ritel (pusat perbelanjaan sewa). Di mana permintaan terus bertumbuh seiring ekspansi peritel baik dari dalam negeri maupun asing.
Country Head Jones Lang LaSalle Indonesia, Todd Lauchlan mengatakan, bahwa potensi demografis bangsa ini memberikan keuntungan bagi sektor seperti ritel. Meningkatnya populasi kelas menengah, urbanisasi yang pesat serta pertumbuhan ekonomi dan daya beli masyarakat menjadi daya tarik bagi peritel untuk mengembangkan sayap bisnisnya.
Sepanjang triwulan III, penyerapan ruang ritel mencapai sekitar 34,000 m2, tingkat hunian stabil di kisaran 93 persen. Berbeda dengan sektor lainnya, kenaikan harga sewa rata-rata dalam periode ini malah lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya.
Sementara, harga sewa ruang ritel naik sekitar 2,5 persen dibanding 1,6 persen kenaikan di triwulan II. Terkait pelambatan yang terjadi di pasar properti saat ini, kemungkinan masih terjadi dalam beberapa triwulan ke depan seiring menurunnya dinamika ekonomi, akibat gejolak yang masih berlangsung di Amerika Serikat.
Todd menjelaskan, akselerasi pasar diperkirakan akan kembali terjadi menjelang akhir paruh kedua tahun depan setelah Pemilu. Di mana rencana ekspansi dan investasi yang kemungkinan tertahan dalam beberapa triwulan ke depan ini segera direalisasikan.
"Optimisme ini didasarkan fundamental ekonomi jangka panjang yang semakin kuat didukung dividen demografis dan sumber daya alam melimpah yang akan menarik pertumbuhan investasi baru serta peningkatan ekonomi masyarakat," tutup dia.
Menurutnya, antara Juli dan September 2013, jumlah penjualan kondominium yang dipantau di pasar primer mencapai sekitar 2.390 unit. "Hampir separuh dari total penjualan triwulan sebelumnya," ujar dia dalam rilisnya, Kamis (17/10/2013).
Meski penjualan diprediksi akan melambat pada paruh kedua tahun ini, namun total penjualan 2013 akan menjadi rekor baru melampaui rekor 2012. Di mana selama 2012 penjualan mencapai sekitar 12.700 unit. "Sampai September, penjualan kondominium telah mencapai lebih dari 11.000 unit," kata dia.
Optimisme yang positif pun terlihat di sektor ritel (pusat perbelanjaan sewa). Di mana permintaan terus bertumbuh seiring ekspansi peritel baik dari dalam negeri maupun asing.
Country Head Jones Lang LaSalle Indonesia, Todd Lauchlan mengatakan, bahwa potensi demografis bangsa ini memberikan keuntungan bagi sektor seperti ritel. Meningkatnya populasi kelas menengah, urbanisasi yang pesat serta pertumbuhan ekonomi dan daya beli masyarakat menjadi daya tarik bagi peritel untuk mengembangkan sayap bisnisnya.
Sepanjang triwulan III, penyerapan ruang ritel mencapai sekitar 34,000 m2, tingkat hunian stabil di kisaran 93 persen. Berbeda dengan sektor lainnya, kenaikan harga sewa rata-rata dalam periode ini malah lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya.
Sementara, harga sewa ruang ritel naik sekitar 2,5 persen dibanding 1,6 persen kenaikan di triwulan II. Terkait pelambatan yang terjadi di pasar properti saat ini, kemungkinan masih terjadi dalam beberapa triwulan ke depan seiring menurunnya dinamika ekonomi, akibat gejolak yang masih berlangsung di Amerika Serikat.
Todd menjelaskan, akselerasi pasar diperkirakan akan kembali terjadi menjelang akhir paruh kedua tahun depan setelah Pemilu. Di mana rencana ekspansi dan investasi yang kemungkinan tertahan dalam beberapa triwulan ke depan ini segera direalisasikan.
"Optimisme ini didasarkan fundamental ekonomi jangka panjang yang semakin kuat didukung dividen demografis dan sumber daya alam melimpah yang akan menarik pertumbuhan investasi baru serta peningkatan ekonomi masyarakat," tutup dia.
(izz)