Harga minyak dunia menguat
A
A
A
Sindonews.com - Harga minyak mentah dunia Jumat (18/10/2013) naik, didukung melemahnya dolar AS dan data positif pertumbuhan ekonomi China pada kuartal ketiga (Q3) tahun ini.
Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman November, naik tajam sebesar USD1,03 menjadi USD110,14 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediete (WTI) untuk menyerahan November, naik 84 sen menjadi USD101,51 per barel.
"Melemahnya dolar (USD) berdampak pada semua komoditas dan data positif PDB China meningkatkan (harga) minyak," kata Fawad Razaqzada, analis GFT Global Markets, seperti dilansir dari Business Recorder.
Namun, sikap skeptis terhadap minyak bisa terus meningkat dengan latar belakang pasokan bearish menyusul meredanya ketegangan geopolitik antara Iran dan AS. "Dalam jangka pendek sampai jangka menengah saya perkirakan harga turun karena meningkatnya pasokan dan kemajuan dalam pembicaraan dengan Iran," ujar Fawad.
Dolar AS turun tajam sejak politisi Amerika keluar dari ancaman default utang. Pedagang valuta asing percaya ini akan mencegah Federal Reserve (Fed) kembali pada penurunan stimulus moneter.
Jika Fed terus mencetak uang, harga dolar akan terkikis. Hal ini membuat harga komoditas dalam dolar lebih murah untuk pembeli yang menggunakan mata uang lain.
Sementara data dari China menunjukkan ekonomi pada kuartal ketiga (Q3) tumbuh pada kecepatan tertinggi tahun ini naik 7,8 persen, sejalan dengan perkiraan.
Namun para analis melihat prospek untuk kuartal keempat kurang menjanjikan, menunjuk jatuhnya ekspor pada September dan permintaan global yang stagnan.
Selain itu, permintaan minyak di China membukukan penurunan tahunan pertama dalam 17 bulan pada September. Untuk sembilan bulan pertama tahun ini, permintaan minyak China naik 3,5 persen menjadi 9.740.000 barel per hari. Namun itu di bawah tingkat pertumbuhan 4,5 persen tahun lalu.
Minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman November, naik tajam sebesar USD1,03 menjadi USD110,14 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediete (WTI) untuk menyerahan November, naik 84 sen menjadi USD101,51 per barel.
"Melemahnya dolar (USD) berdampak pada semua komoditas dan data positif PDB China meningkatkan (harga) minyak," kata Fawad Razaqzada, analis GFT Global Markets, seperti dilansir dari Business Recorder.
Namun, sikap skeptis terhadap minyak bisa terus meningkat dengan latar belakang pasokan bearish menyusul meredanya ketegangan geopolitik antara Iran dan AS. "Dalam jangka pendek sampai jangka menengah saya perkirakan harga turun karena meningkatnya pasokan dan kemajuan dalam pembicaraan dengan Iran," ujar Fawad.
Dolar AS turun tajam sejak politisi Amerika keluar dari ancaman default utang. Pedagang valuta asing percaya ini akan mencegah Federal Reserve (Fed) kembali pada penurunan stimulus moneter.
Jika Fed terus mencetak uang, harga dolar akan terkikis. Hal ini membuat harga komoditas dalam dolar lebih murah untuk pembeli yang menggunakan mata uang lain.
Sementara data dari China menunjukkan ekonomi pada kuartal ketiga (Q3) tumbuh pada kecepatan tertinggi tahun ini naik 7,8 persen, sejalan dengan perkiraan.
Namun para analis melihat prospek untuk kuartal keempat kurang menjanjikan, menunjuk jatuhnya ekspor pada September dan permintaan global yang stagnan.
Selain itu, permintaan minyak di China membukukan penurunan tahunan pertama dalam 17 bulan pada September. Untuk sembilan bulan pertama tahun ini, permintaan minyak China naik 3,5 persen menjadi 9.740.000 barel per hari. Namun itu di bawah tingkat pertumbuhan 4,5 persen tahun lalu.
(dmd)