PT RAPP dukung penelitian gambut di area perusahaan
A
A
A
Sindonews.com - Sejumlah ilmuan dari 15 negara melakukan penelitian gambut di Pelalawan Riau. Ini bertujuan untuk mencari tahu bagaimana pengolahan lahan gambut di perusahaan Hutan Tanaman Industri (HTI).
Di pilihnya Riau sebagai lokasi penelitian karena gambut terhampar luas di daerah berjuluk 'Bumi Lancang Kuning' ini. Mereka melakukan penelitian di salah satu perusahaan HTI, PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) di Pelelawan.
Direktur PT RAPP Mulia Nauli mengatakan, pihaknya selalu terbuka untuk berdiskusi dan menerima masukan dari para akademisi. "Dengan hasil ini kita semua bisa menilai bahwa kampanye negatif oleh LSM asing mengenai gambut Indonesia tidak sepunuhnya benar. Pengolahan gambut tergantung kita bisa mengelolanya dengan baik. Jadi, gambut tidak hanya membuat emisi gas rumah kaca, tetapi bisa juga karbonnya diserap," ujarnya, Sabtu (26/10/2013).
Dalam kesempatan itu, para peneliti melihat dan mempelajari teknologi water management. Kemudian pengelolaan hutan tanaman di lahan gambut, pintu air otomatis (automatic watergate), serta fasilitas pembibitan di Estate Pelalawan PT RAPP.
"Dari penelitian kita, ternyata gambut bisa untuk HTI kayu akasia. Kita lihat pengolahan gambut di PT RAPP baik. Jadi intinya HTI bisa berada di lahan gambut asal manajemen air (water managamen) dikelola dengan baik." kata Prof Ryusuke Hatano dari Hokkaido University, Jepang.
Hatano datang bersama 21 peneliti anggota ESAFS (The East and Southeast Asia Federation of Soil Science Societies) ke konsesi hutan tanaman RAPP usai menghadiri konferensi gambut internasional di Bogor, yang dihadiri lebih dari 300 ilmuwan tanah dan gambut dari 15 negara. Mereka berasal antara lain dari India, Banglades, India, Thailand, Jepang dan lainnya.
Di pilihnya Riau sebagai lokasi penelitian karena gambut terhampar luas di daerah berjuluk 'Bumi Lancang Kuning' ini. Mereka melakukan penelitian di salah satu perusahaan HTI, PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) di Pelelawan.
Direktur PT RAPP Mulia Nauli mengatakan, pihaknya selalu terbuka untuk berdiskusi dan menerima masukan dari para akademisi. "Dengan hasil ini kita semua bisa menilai bahwa kampanye negatif oleh LSM asing mengenai gambut Indonesia tidak sepunuhnya benar. Pengolahan gambut tergantung kita bisa mengelolanya dengan baik. Jadi, gambut tidak hanya membuat emisi gas rumah kaca, tetapi bisa juga karbonnya diserap," ujarnya, Sabtu (26/10/2013).
Dalam kesempatan itu, para peneliti melihat dan mempelajari teknologi water management. Kemudian pengelolaan hutan tanaman di lahan gambut, pintu air otomatis (automatic watergate), serta fasilitas pembibitan di Estate Pelalawan PT RAPP.
"Dari penelitian kita, ternyata gambut bisa untuk HTI kayu akasia. Kita lihat pengolahan gambut di PT RAPP baik. Jadi intinya HTI bisa berada di lahan gambut asal manajemen air (water managamen) dikelola dengan baik." kata Prof Ryusuke Hatano dari Hokkaido University, Jepang.
Hatano datang bersama 21 peneliti anggota ESAFS (The East and Southeast Asia Federation of Soil Science Societies) ke konsesi hutan tanaman RAPP usai menghadiri konferensi gambut internasional di Bogor, yang dihadiri lebih dari 300 ilmuwan tanah dan gambut dari 15 negara. Mereka berasal antara lain dari India, Banglades, India, Thailand, Jepang dan lainnya.
(dmd)