Harga minyak di perdagangan dunia melemah
A
A
A
Sindonews.com - Harga minyak di perdagangan global hari ini turun, dimana para dealer memantau secara seksama pertemuan kebijakan Federal Reserve AS (Fed) atas kelanjutan program stimulus.
Kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember, turun 53 sen menjadi berada di angka USD98,15 per barel. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Desember, turun 59 sen menjadi USD109,02 per barel dalam transaksi sore di London.
Komite Pasar Terbuka Federal Fed (FOMC) memulai pertemuan pada Selasa (29/10/2013) waktu setempat. Meskipun FOMC diperkirakan akan mempertahankan program pembelian aset USD85 miliar per bulan, investor tetap mengamati dengan seksama petunjuk kapan pengurangan stimulus dimulai.
Vanessa Tan, analis investasi Phillip Futures, Singapura mengatakan, bank tidak mungkin mengubah arah karena dampak dari penutupan sementara (shutdown) pemerintah AS selama 16 hari, serta data ekonomi yang lemah. "Investor juga mengawasi penurunan signifikan pasokan minyak di Libya," ujarnya, seperti dilansir dari AFP, Selasa (28/10/2013).
Produksi anggota OPEC telah terganggu selama berbulan-bulan setelah kerusuhan di terminal minyak, memangkas output di bawah 100.000 barel per hari. Dimana sebelum penutupan Libya yang memproduksi antara 1,5 juta-1,6 juta barel per hari.
Produksi telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir. Tapi maraknya protes telah menimbulkan kekhawatiran terhadap ekspor, seiring serangan dan pemboman yang hampir terjadi setiap hari berpotensi menyebabkan perang saudara.
Kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember, turun 53 sen menjadi berada di angka USD98,15 per barel. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Desember, turun 59 sen menjadi USD109,02 per barel dalam transaksi sore di London.
Komite Pasar Terbuka Federal Fed (FOMC) memulai pertemuan pada Selasa (29/10/2013) waktu setempat. Meskipun FOMC diperkirakan akan mempertahankan program pembelian aset USD85 miliar per bulan, investor tetap mengamati dengan seksama petunjuk kapan pengurangan stimulus dimulai.
Vanessa Tan, analis investasi Phillip Futures, Singapura mengatakan, bank tidak mungkin mengubah arah karena dampak dari penutupan sementara (shutdown) pemerintah AS selama 16 hari, serta data ekonomi yang lemah. "Investor juga mengawasi penurunan signifikan pasokan minyak di Libya," ujarnya, seperti dilansir dari AFP, Selasa (28/10/2013).
Produksi anggota OPEC telah terganggu selama berbulan-bulan setelah kerusuhan di terminal minyak, memangkas output di bawah 100.000 barel per hari. Dimana sebelum penutupan Libya yang memproduksi antara 1,5 juta-1,6 juta barel per hari.
Produksi telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir. Tapi maraknya protes telah menimbulkan kekhawatiran terhadap ekspor, seiring serangan dan pemboman yang hampir terjadi setiap hari berpotensi menyebabkan perang saudara.
(dmd)