Beban dan harga batu bara gerus laba PTBA
A
A
A
Sindonews.com - PT Bukit Asam Tbk (PTBA) sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini mencatatkan laba bersih sebesar Rp1,26 triliun atau turun 42,73 persen dibandingkan perolehan laba bersih periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp2,2 triliun.
Penurunan tersebut akibat adanya penurunan penjualan pada periode Januari hingga September 2013 sebesar 6,88 persen menjadi Rp8,12 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp8,72.
Selain itu, beban pokok penjualan justru terpantau naik sebesar 19,58 persen menjadi Rp5,74 triliun pada pada periode Januari hingga September 2013 dibanding catatan beban pokok penjualan pada periode yang sama tahun 2012 sebesar Rp4,8 triliun.
Padahal, pada periode buku tersebut, perseroan berhasil mencatatkan kenaikan pada volume penjualan ekspor sebesar 36,31 persen menjadi 7,02 juta ton dibanding tahun sebelumnya hanya sebesar 5,15 juta ton.
Penjualan ekspor tersebut sebesar 17 persen ke Taiwan, 14 persen ke India, 9 persen ke China, 8 persen ke Malaysia, 3 persen ke Jepang dan 2 persen ke Vietnam.
Pertumbuhan volume penjualan ekspor tersebut cukup tinggi, namun rendahnya harga jual batu bara membuat kinerja keuangan perseroan mengalami penurunan.
Perseroan pun harus mempercapat pengembangan infrastrukturnya. "Pada saat harga batu bara mengalami penurunan, PTBA terus mempercepat progress proyek pengembangan untuk mewujudkan visi perusahaan," ujar Sekretaris Perusahaan PTBA Joko Pramono dalam keterangannya di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (31/10/2013).
Selain adanya peningkatan beban akibat rendahnya harga jual batu bara, perseroan juga mencatat adanya peningkatan beban dari pinjaman perbankan jangka pendek menjadi sebesar Rp50 miliar dari sebelumnya Rp34,9 miliar. Sementara, total liabilitas jangka pendek juga ikut membengkak menjadi Rp2 triliun dari tahun sebelumnya Rp1,7 triliun.
Penurunan tersebut akibat adanya penurunan penjualan pada periode Januari hingga September 2013 sebesar 6,88 persen menjadi Rp8,12 triliun dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp8,72.
Selain itu, beban pokok penjualan justru terpantau naik sebesar 19,58 persen menjadi Rp5,74 triliun pada pada periode Januari hingga September 2013 dibanding catatan beban pokok penjualan pada periode yang sama tahun 2012 sebesar Rp4,8 triliun.
Padahal, pada periode buku tersebut, perseroan berhasil mencatatkan kenaikan pada volume penjualan ekspor sebesar 36,31 persen menjadi 7,02 juta ton dibanding tahun sebelumnya hanya sebesar 5,15 juta ton.
Penjualan ekspor tersebut sebesar 17 persen ke Taiwan, 14 persen ke India, 9 persen ke China, 8 persen ke Malaysia, 3 persen ke Jepang dan 2 persen ke Vietnam.
Pertumbuhan volume penjualan ekspor tersebut cukup tinggi, namun rendahnya harga jual batu bara membuat kinerja keuangan perseroan mengalami penurunan.
Perseroan pun harus mempercapat pengembangan infrastrukturnya. "Pada saat harga batu bara mengalami penurunan, PTBA terus mempercepat progress proyek pengembangan untuk mewujudkan visi perusahaan," ujar Sekretaris Perusahaan PTBA Joko Pramono dalam keterangannya di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (31/10/2013).
Selain adanya peningkatan beban akibat rendahnya harga jual batu bara, perseroan juga mencatat adanya peningkatan beban dari pinjaman perbankan jangka pendek menjadi sebesar Rp50 miliar dari sebelumnya Rp34,9 miliar. Sementara, total liabilitas jangka pendek juga ikut membengkak menjadi Rp2 triliun dari tahun sebelumnya Rp1,7 triliun.
(rna)