Harga minyak di perdagangan Asia naik

Jum'at, 01 November 2013 - 15:54 WIB
Harga minyak di perdagangan...
Harga minyak di perdagangan Asia naik
A A A
Sindonews.com - Harga minyak di perdagangan Asia hari ini naik, di tengah berita bahwa manufaktur China tumbuh dengan kecepatan terkuat dalam 18 bulan pada Oktober 2013.

Harga sempat melemah pada pagi hari, tapi sedikit lebih tinggi di sore hari setelah rilis data yang menunjukkan bahwa ekonomi terbesar kedua di dunia itu tumbuh dari perlambatan.

Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember naik 12 sen menjadi USD96,50 per barel pada perdagangan sore. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk Desember, bertambah 36 sen menjadi USD109,20 per barel.

"Harga berbalik setelah rilis indeks pembelian manajer China (PMI) untuk Oktober menunjukkan ekspansi dalam kegiatan manufaktur," kata Victor Shum, managing director konsultan energi IHS Purvin & Gertz, Singapura, seperti dilansir dari AFP, Jumat (1/11/2013).

"Laporan ini membantu menghentikan slide dalam harga berjangka minyak. Minyak naik dan tampak ukuran keuntungan baik untuk hari ini," tambahnya.

Biro Statistik Nasional (NBS) mencatat PMI manufaktur China naik ke 51,4 poin pada Oktober, dari dari 51,1 poin di bulan sebelumnya. Angka itu tertinggi sejak menyentuh 53,3 poin pada April 2012.

Shum juga meyebutkan harga Brent didukung ketidakpastian produksi minyak Libya, meskipun National Oil Corp (NOC) mengumumkan terminal Al-Harriga akan kembali beroperasi pada paling lambat awal pekan depan.

Terminal yang memiliki kapasitas 110.000 barel per hari itu telah ditutup bersama beberapa terminal lain oleh demonstran yang menuntut pekerjaan dan distribusi yang lebih adil dari pendapatan minyak.

Produksi minyak mentah Libya telah terganggu selama beberapa bulan akibat pergolakan buruh, dan output berkurang 300.000 barel per hari dari 1.500.000-1.600.000 sebelum showdown terjadi.

Meningkatnya protes telah menimbulkan kekhawatiran ekspor di negara itu. "Masalah di Libya tidak ada otoritas sentral yang menjaga minyak sehingga produksi sering terganggu aksi protes. Jadi, produksi minyak Libya terus berjuang," tandas Shum.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1231 seconds (0.1#10.140)