Laba Holcim susut 34% menjadi Rp599 M
A
A
A
Sindonews.com - PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) sepanjang sembilan bulan pertama ini mencatat pelambatan kinerja. Per akhir September 2013, laba bersih perseroan susut 34,25 persen menjadi Rp599,14 miliar dibanding periode yang sama tahun lalu Rp911,19 miliar.
Sementara pendapatan perseroan hanya tumbuh 5,5 persen menjadi Rp6,87 triliun dari periode yang sama tahun lalu Rp6,52 triliun. Presiden Direktur SMCB Eamon Ginley mengatakan, naiknya pendapatan perseroan yang hanya 5,5 persen tersebut mengindikasikan melambatnya pertumbuhan di sektor konstruksi di bawah estimasi.
Melambatnya pertumbuhan sektor kosntruksi tahun ini seiring dengan naiknya kapasitas produksi semen nasional secara substasial sebesar 5 juta ton sejak awal tahun. Sedangkan kapasitas produksi semen nasional naik 9 persen menjadi 59 juta ton pada tahun ini, penjualan semen selama sembilan bulan meningkat 5,3 persen menjadi 41,6 juta ton.
"Secara umum, kinerja perusahaan sesuai dengan pertumbuhan ekonomi dan harga juga sudah mengalami penyesuaian. Hal ini berkontribusi pada kekuatan merk kami dan efektivitas distribusi barang," kata dia dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (1/11/2013).
Sementara beban biaya bahan baku dan transportasi meningkat sehingga menggerus laba, dimana laba kotor menurun 0,7 persen menjadi Rp2,27 triliun dibanding periode yang sama tahun lalu Rp2,29 triliun.
Adapun aspek biaya terbesar adalah biaya keuangan terkait pembiayaan perlengkapan perluasan pabrik baru di Tuban, dimana nilai tukar rupiah tertekan akibat melonjaknya dolar (USD) dan euro.
Di samping itu, biaya suku bunga juga mengalami peningkatan karena pinjaman dalam rupiah untuk modal pokok unit produksi baru dan perluasan jaringan distribusi perusahaan di luar Jawa.
Kendati demikian, segmen proyek infratruktur dan proyek besar yang menyerap semen curah sebanyak 20 persen dari total kebutuhan semen, perseroan mencatat pertumbuhan melalui unit bisnis beton siap pakai meningkat 29 persen menjadi Rp1,11 triliun dan 16 persen pertumbuhan dari sisi volume, sehingga total pengiriman mencapai 1,3 juta meter kubik.
Sementara pendapatan perseroan hanya tumbuh 5,5 persen menjadi Rp6,87 triliun dari periode yang sama tahun lalu Rp6,52 triliun. Presiden Direktur SMCB Eamon Ginley mengatakan, naiknya pendapatan perseroan yang hanya 5,5 persen tersebut mengindikasikan melambatnya pertumbuhan di sektor konstruksi di bawah estimasi.
Melambatnya pertumbuhan sektor kosntruksi tahun ini seiring dengan naiknya kapasitas produksi semen nasional secara substasial sebesar 5 juta ton sejak awal tahun. Sedangkan kapasitas produksi semen nasional naik 9 persen menjadi 59 juta ton pada tahun ini, penjualan semen selama sembilan bulan meningkat 5,3 persen menjadi 41,6 juta ton.
"Secara umum, kinerja perusahaan sesuai dengan pertumbuhan ekonomi dan harga juga sudah mengalami penyesuaian. Hal ini berkontribusi pada kekuatan merk kami dan efektivitas distribusi barang," kata dia dalam keterangannya di Jakarta, Jumat (1/11/2013).
Sementara beban biaya bahan baku dan transportasi meningkat sehingga menggerus laba, dimana laba kotor menurun 0,7 persen menjadi Rp2,27 triliun dibanding periode yang sama tahun lalu Rp2,29 triliun.
Adapun aspek biaya terbesar adalah biaya keuangan terkait pembiayaan perlengkapan perluasan pabrik baru di Tuban, dimana nilai tukar rupiah tertekan akibat melonjaknya dolar (USD) dan euro.
Di samping itu, biaya suku bunga juga mengalami peningkatan karena pinjaman dalam rupiah untuk modal pokok unit produksi baru dan perluasan jaringan distribusi perusahaan di luar Jawa.
Kendati demikian, segmen proyek infratruktur dan proyek besar yang menyerap semen curah sebanyak 20 persen dari total kebutuhan semen, perseroan mencatat pertumbuhan melalui unit bisnis beton siap pakai meningkat 29 persen menjadi Rp1,11 triliun dan 16 persen pertumbuhan dari sisi volume, sehingga total pengiriman mencapai 1,3 juta meter kubik.
(rna)