Harga komoditi turun, laba emiten BUMN tergerus
A
A
A
Sindonews.com - Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), terlampir sejumlah perusahaan pelat merah di sektor tambang dan komoditas, mencatatkan adanya penurunan pada kinerja keuangan di kuartal III/2013.
Penurunan tersebut secara otomatis memengaruhi pergerakan saham yang tercermin pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Pelemahan harga komoditas dianggap sebagai biang keladi kejatuhan kinerja tersebut.
Lihat saja saham emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di sektor komoditas pertambangan seperti PT Bukit Asam Tbk (PTBA) yang hingga September 2013 mencatatkan penurunan laba sebesar 43,7 persen menjadi Rp1,24 triliun.
Tak sendirian, penurunan laba bersih juga dicatatkan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang tercatat sejak Januari hingga September 2013 turun 44,56 persen menjadi Rp347,99 miliar lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp627,78 miliar.
Begitu pula PT Timah Tbk (TINS) yang tak mau kalah, ikut terjerumus dalam jurang pelemahan. Di mana, tercatat mengalami penurunan laba bersih pada kuartal III/2013 hingga 62 persen menjadi Rp141 miliar dari Rp369,9 miliar diperiode yang sama 2012.
Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada menilai, belum membaiknya harga-harga komoditas seperti emas, timah dan batu bara di pasar global, membuat penurunan perolehan laba pada kuartal III/2013 menjadi hal yang sulit dielakkan.
"Perusahaan BUMN yang bergerak di bidang komoditas pertambangan pada tahun ini memang dipengaruhi kondisi makro ekonomi global, belum membaiknya harga emas, nikel, baja dan timah menjadikan kinerja mereka turun," kata Reza saat dihubungi melalui ponselnya, Minggu (3/11/2013).
Untuk TINS dan PTBA, kata Reza, selalu menjadi saham yang paling mengalami pelemahan cukup dalam jika terkena sentimen negatif ekonomi global lantaran pergerakan harga timah, nikel maupun baja sangat dominasi dari harga yang telah ditetapkan asing.
"Bisa dikatakan saham TINS dan PTBA fundamentalnya kurang bagus karena harga pasarnya mengikuti ketetapan harga pasar global, sehingga mereka (TINS dan PTBA) tidak terlalu bisa berbuat banyak," papar dia.
Namun demikian, Reza mengatakan, penurunan yang terjadi pada harga saham PTBA, TINS dan ANTM tersebut hanya bersifat sementara, karena menurutnya sektor pertambangan cenderung dipengaruhi sentimen ekonomi global.
Bahkan sebelumnya, Reza telah memperkirakan kinerja keuangan dan pergerakan harga saham Antam akan mengalami pelemahan, meski perseroan sudah jor-joran dengan rencananya membangun pabrik nikel baru di Sulawesi.
"Kita sudah ekspektasi kinerja keuangan dan harga saham Antam mengalami penurunan, tapi ketika Antam berencana membangun pabrik baru diharapkan itu menjadi sentimen positif," ujarnya.
Lebih lanjut Reza memproyeksikan, kondisi global masih akan menjadi sentimen negatif ke sektor pertambangan. Untuk itu, diharapkan ANTM, PTBA dan TINS dapat memperbesar volume penjualannya, dengan harapan akan mendongkrak peningkatan laba di kuartal IV atau hingga akhir 2013.
"Kalau sampai kuartal III/2013 saja belum menunjukkan perbaikan, berarti sampai akhir tahun masih ada kemungkinan pelemahan laba. Untuk itu diharapkan mereka (PTBA, TINS, ANTM) meningkatkan volume penjualannya supaya kuartal IV labanya naik," pungkas Reza.
Penurunan tersebut secara otomatis memengaruhi pergerakan saham yang tercermin pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Pelemahan harga komoditas dianggap sebagai biang keladi kejatuhan kinerja tersebut.
Lihat saja saham emiten Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di sektor komoditas pertambangan seperti PT Bukit Asam Tbk (PTBA) yang hingga September 2013 mencatatkan penurunan laba sebesar 43,7 persen menjadi Rp1,24 triliun.
Tak sendirian, penurunan laba bersih juga dicatatkan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) yang tercatat sejak Januari hingga September 2013 turun 44,56 persen menjadi Rp347,99 miliar lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp627,78 miliar.
Begitu pula PT Timah Tbk (TINS) yang tak mau kalah, ikut terjerumus dalam jurang pelemahan. Di mana, tercatat mengalami penurunan laba bersih pada kuartal III/2013 hingga 62 persen menjadi Rp141 miliar dari Rp369,9 miliar diperiode yang sama 2012.
Kepala Riset Trust Securities, Reza Priyambada menilai, belum membaiknya harga-harga komoditas seperti emas, timah dan batu bara di pasar global, membuat penurunan perolehan laba pada kuartal III/2013 menjadi hal yang sulit dielakkan.
"Perusahaan BUMN yang bergerak di bidang komoditas pertambangan pada tahun ini memang dipengaruhi kondisi makro ekonomi global, belum membaiknya harga emas, nikel, baja dan timah menjadikan kinerja mereka turun," kata Reza saat dihubungi melalui ponselnya, Minggu (3/11/2013).
Untuk TINS dan PTBA, kata Reza, selalu menjadi saham yang paling mengalami pelemahan cukup dalam jika terkena sentimen negatif ekonomi global lantaran pergerakan harga timah, nikel maupun baja sangat dominasi dari harga yang telah ditetapkan asing.
"Bisa dikatakan saham TINS dan PTBA fundamentalnya kurang bagus karena harga pasarnya mengikuti ketetapan harga pasar global, sehingga mereka (TINS dan PTBA) tidak terlalu bisa berbuat banyak," papar dia.
Namun demikian, Reza mengatakan, penurunan yang terjadi pada harga saham PTBA, TINS dan ANTM tersebut hanya bersifat sementara, karena menurutnya sektor pertambangan cenderung dipengaruhi sentimen ekonomi global.
Bahkan sebelumnya, Reza telah memperkirakan kinerja keuangan dan pergerakan harga saham Antam akan mengalami pelemahan, meski perseroan sudah jor-joran dengan rencananya membangun pabrik nikel baru di Sulawesi.
"Kita sudah ekspektasi kinerja keuangan dan harga saham Antam mengalami penurunan, tapi ketika Antam berencana membangun pabrik baru diharapkan itu menjadi sentimen positif," ujarnya.
Lebih lanjut Reza memproyeksikan, kondisi global masih akan menjadi sentimen negatif ke sektor pertambangan. Untuk itu, diharapkan ANTM, PTBA dan TINS dapat memperbesar volume penjualannya, dengan harapan akan mendongkrak peningkatan laba di kuartal IV atau hingga akhir 2013.
"Kalau sampai kuartal III/2013 saja belum menunjukkan perbaikan, berarti sampai akhir tahun masih ada kemungkinan pelemahan laba. Untuk itu diharapkan mereka (PTBA, TINS, ANTM) meningkatkan volume penjualannya supaya kuartal IV labanya naik," pungkas Reza.
(izz)