Harga minyak di perdagangan Asia menguat
A
A
A
Sindonews.com - Harga minyak di perdagangan Asia hari ini naik, karena para dealer menunggu data ekonomi AS yang bisa memberikan petunjuk bagi Federal Reserve (Fed) untuk mulai mengurangi program stimulus.
Kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate ( WTI ) untuk pengiriman Desember, naik sembilan sen menjadi USD94,70 per barel pada perdagangan pagi. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Desember, naik 25 sen menjadi USD106,16 per barel.
"Investor akan melihat data ekonomi AS pekan ini, terutama data pekerjaan yang menjadi indikasi apakah tapering akan maju hingga Desember," kata Desmond Chua, analis pasar CMC Markets Singapura, seperti dilansir dari AFP, Senin (4/11/2013).
Investor juga fokus pada produk domestik bruto (PDB) AS kuartal ketiga, yang akan dirilis Kamis (7/11/2013), serta data resmi payrolls untuk Oktober pada Jumat (8/11/2013).
Pasar minyak secara erat mengikuti perdebatan Fed untuk kembalinya skala stimulus USD85 miliar per bulan. Awal tapering (pengurangan pembelian obligasi) akan mendorong greenback, membuat harga minyak dalam dolar lebih mahal bagi negara-negara yang menggunakan mata uang lain.
Selain itu, investor juga memantau produksi minyak Libya, setelah perusahaan negara National Oil Corp (NOC) mengumumkan bahwa terminal Al-Harriga akan kembali beroperasi paling lambat pada Senin ini.
Terminal yang memiliki kapasitas 110.000 barel per hari itu telah ditutup bersama dengan beberapa terminal lain oleh demonstran yang menuntut pekerjaan dan distribusi lebih adil dari pendapatan minyak.
Produksi minyak mentah Libya telah terganggu selama beberapa bulan oleh pergolakan buruh, yang memangkas output 300.000 barel per hari, dari 1.500.000-1.600.000 sebelum showdown terjadi.
Kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate ( WTI ) untuk pengiriman Desember, naik sembilan sen menjadi USD94,70 per barel pada perdagangan pagi. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk pengiriman Desember, naik 25 sen menjadi USD106,16 per barel.
"Investor akan melihat data ekonomi AS pekan ini, terutama data pekerjaan yang menjadi indikasi apakah tapering akan maju hingga Desember," kata Desmond Chua, analis pasar CMC Markets Singapura, seperti dilansir dari AFP, Senin (4/11/2013).
Investor juga fokus pada produk domestik bruto (PDB) AS kuartal ketiga, yang akan dirilis Kamis (7/11/2013), serta data resmi payrolls untuk Oktober pada Jumat (8/11/2013).
Pasar minyak secara erat mengikuti perdebatan Fed untuk kembalinya skala stimulus USD85 miliar per bulan. Awal tapering (pengurangan pembelian obligasi) akan mendorong greenback, membuat harga minyak dalam dolar lebih mahal bagi negara-negara yang menggunakan mata uang lain.
Selain itu, investor juga memantau produksi minyak Libya, setelah perusahaan negara National Oil Corp (NOC) mengumumkan bahwa terminal Al-Harriga akan kembali beroperasi paling lambat pada Senin ini.
Terminal yang memiliki kapasitas 110.000 barel per hari itu telah ditutup bersama dengan beberapa terminal lain oleh demonstran yang menuntut pekerjaan dan distribusi lebih adil dari pendapatan minyak.
Produksi minyak mentah Libya telah terganggu selama beberapa bulan oleh pergolakan buruh, yang memangkas output 300.000 barel per hari, dari 1.500.000-1.600.000 sebelum showdown terjadi.
(dmd)