Raih sukses dari usaha ternak semut
A
A
A
BAGI kebanyakan orang, semut hanya dianggap sebagai hewan pengganggu yang harus disingkirkan, karena suka menggigit. Namun, dibalik itu, semut juga bisa menghasilkan jutaan rupiah.
Prihandono, pria berusia 45 tahun, warga Desa Temuwulan, Kecamatan Perak, Jombang, Jawa Timur (Jatim) ini, justru membudidayakan atau beternak semut rangrang.
Berkat ketelatenannya beternak semut rangrang, pria ini dapat meraup rupiah antara Rp800 ribu sampai Rp1 juta per pekan. Dia mengaku semut yang diternak Prihandono ini juga bukan semut biasa, melainkan semut rangrang, salah satu jenis semut yang dikenal sangat sakit jika menggigit.
Dengan menggunakan media sederhana, hanya berupa botol-botol bekas air mineral, prihandono membuatkan rumah bagi semut-semut tersebut agar betah tinggal dan tidak kabur.
Dia juga harus memberi makan dan minum secara teratur pada semut peliharaannya ini agar tidak mati dan cepat bertelur. Suhu tempat tinggal semut ini harus di perhatikan. Jika udara terlalu panas, Prihandono harus menyemprotkan air layaknya embun agar suhu menjadi lebih dingin. "Sebab bila terlalu panas semut bisa mati," kata dia, Senin (4/11/2013).
Menurutnya, dengan cara ini dia mengaku dapat memetik hasil berupa telur semut rangrang atau yang biasa dikenal dengan sebutan kroto. Di pasaran, harga kroto cukup lumayan mencapai 150 ribu per kilogram (kg).
Oleh sebagian masayarakat, telur semut atau kroto ini sangat dibutuhkan dan permintaannya sangat tinggi karena dipakai untuk pakan burung. Dalam sepekan, setidaknya Prihandono dapat memanen kroto dua kali dari kandang semutnya ini. "Sekali panen bisa memperoleh 3 hingga 4 kg kroto," ujarnya.
Prihandono mengaku, sebelumnya dia adalah peternak kambing. Namun, karena harga pakan kambing terus meroket dan selalu merugi, dia pun memutuskan untuk banting setir dengan beralih beternak semut rangrang ini.
Selain hasil yang diperoleh cukup lumayan mencapai Rp800 ribu sampai Rp1 juta rupiah per pekan, pengeluaran untuk pakan semut juga sangat sedikit, hanya sekitar RP30 ribu per pekan, yakni untuk membeli jangkrik yang dijadikan pakan atau membeli gula untuk minum semut.
Selain itu, juga ada nutrisi dan obat-obatan tertentu yang biasanya dibeli Prihandono di toko dan harganya juga sangat murah. Dibandingkan dengan beternak kambing, dia merasakan beternak semut rangrang jauh lebih menguntungkan karena tidak menguras waktu dan tenaga.
Prihandono, pria berusia 45 tahun, warga Desa Temuwulan, Kecamatan Perak, Jombang, Jawa Timur (Jatim) ini, justru membudidayakan atau beternak semut rangrang.
Berkat ketelatenannya beternak semut rangrang, pria ini dapat meraup rupiah antara Rp800 ribu sampai Rp1 juta per pekan. Dia mengaku semut yang diternak Prihandono ini juga bukan semut biasa, melainkan semut rangrang, salah satu jenis semut yang dikenal sangat sakit jika menggigit.
Dengan menggunakan media sederhana, hanya berupa botol-botol bekas air mineral, prihandono membuatkan rumah bagi semut-semut tersebut agar betah tinggal dan tidak kabur.
Dia juga harus memberi makan dan minum secara teratur pada semut peliharaannya ini agar tidak mati dan cepat bertelur. Suhu tempat tinggal semut ini harus di perhatikan. Jika udara terlalu panas, Prihandono harus menyemprotkan air layaknya embun agar suhu menjadi lebih dingin. "Sebab bila terlalu panas semut bisa mati," kata dia, Senin (4/11/2013).
Menurutnya, dengan cara ini dia mengaku dapat memetik hasil berupa telur semut rangrang atau yang biasa dikenal dengan sebutan kroto. Di pasaran, harga kroto cukup lumayan mencapai 150 ribu per kilogram (kg).
Oleh sebagian masayarakat, telur semut atau kroto ini sangat dibutuhkan dan permintaannya sangat tinggi karena dipakai untuk pakan burung. Dalam sepekan, setidaknya Prihandono dapat memanen kroto dua kali dari kandang semutnya ini. "Sekali panen bisa memperoleh 3 hingga 4 kg kroto," ujarnya.
Prihandono mengaku, sebelumnya dia adalah peternak kambing. Namun, karena harga pakan kambing terus meroket dan selalu merugi, dia pun memutuskan untuk banting setir dengan beralih beternak semut rangrang ini.
Selain hasil yang diperoleh cukup lumayan mencapai Rp800 ribu sampai Rp1 juta rupiah per pekan, pengeluaran untuk pakan semut juga sangat sedikit, hanya sekitar RP30 ribu per pekan, yakni untuk membeli jangkrik yang dijadikan pakan atau membeli gula untuk minum semut.
Selain itu, juga ada nutrisi dan obat-obatan tertentu yang biasanya dibeli Prihandono di toko dan harganya juga sangat murah. Dibandingkan dengan beternak kambing, dia merasakan beternak semut rangrang jauh lebih menguntungkan karena tidak menguras waktu dan tenaga.
(izz)