Ekonomi Jabar 2014 diprediksi lebih lambat
A
A
A
Sindonews.com - Anggota Dewan Pakar Forum Ekonomi Jawa barat (Jabar) Teti Armiati Argo mengatakan, melihat positioning perekonomian Jabar pada 2013, pihaknya pesimistis pertumbuhan ekonomi Jabar pada 2014 mampu melampaui nasional. Pertumbuhan ekonomi Jabar pada 2014 diprediksi di bawah espekstasi pertumbuhan ekonomi nasional antara 5,8-6,2 persen.
“Kemungkinan terburuk, ekonomi Jabar bisa melambat hingga 5,8 persen pada 2014. Ini akan menjadi pertumbuhan terburuk selama lima tahun terakhir,” kata Teti usai menjadi pembicara para Seminar Ekonomi Outlook 2014 di Hotel Horison, Rabu (6/11/2013).
Menurut dia, beberapa faktor yang mampu menghambat pertumbuhan ekonomi di kawasan ini yaitu insfrastruktur dan birokrasi perizinan yang berbelit-belit. Kedua faktor tersebut mempengaruhi minat investor menanamkan modalnya di Indonesia. Kondisi insfrastruktur serta perizinan yang rumit, berakibat pada melemahnya daya saing Jawa Barat.
“Iklim usaha di Jawa Barat bersaing dengan Negara lain atau daerah lainnya di Indonesia. Sedikit saja kurang menguntungkan investor, mereka hengkang dari Jawa Barat,” ujar dia.
Kondisi tersebut, lanjut dia, telah terjadi di beberapa kawasan industri di Jabar. Beberapa perusahaan telah merelokasi pabriknya ke Jawa Tengah atau ke negara lain di kawasan ASEAN seperti Vietnam.
Selain menjamin hambatan ekonomi pada insfrastruktur dan perizinan, pemerintah mesti membuat skema kebijakan untuk meningkatkan industri dalam negeri. Misalnya penguatan sektor rill serta menetapkan positioning produk Indonesi di kawasan Asean.
“Kemungkinan terburuk, ekonomi Jabar bisa melambat hingga 5,8 persen pada 2014. Ini akan menjadi pertumbuhan terburuk selama lima tahun terakhir,” kata Teti usai menjadi pembicara para Seminar Ekonomi Outlook 2014 di Hotel Horison, Rabu (6/11/2013).
Menurut dia, beberapa faktor yang mampu menghambat pertumbuhan ekonomi di kawasan ini yaitu insfrastruktur dan birokrasi perizinan yang berbelit-belit. Kedua faktor tersebut mempengaruhi minat investor menanamkan modalnya di Indonesia. Kondisi insfrastruktur serta perizinan yang rumit, berakibat pada melemahnya daya saing Jawa Barat.
“Iklim usaha di Jawa Barat bersaing dengan Negara lain atau daerah lainnya di Indonesia. Sedikit saja kurang menguntungkan investor, mereka hengkang dari Jawa Barat,” ujar dia.
Kondisi tersebut, lanjut dia, telah terjadi di beberapa kawasan industri di Jabar. Beberapa perusahaan telah merelokasi pabriknya ke Jawa Tengah atau ke negara lain di kawasan ASEAN seperti Vietnam.
Selain menjamin hambatan ekonomi pada insfrastruktur dan perizinan, pemerintah mesti membuat skema kebijakan untuk meningkatkan industri dalam negeri. Misalnya penguatan sektor rill serta menetapkan positioning produk Indonesi di kawasan Asean.
(gpr)