Pemerintah klaim pertumbuhan ekonomi RI sesuai perkiraan
A
A
A
Sindonews.com - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyampaikan optimisme bahwa pertumbuhan ekonomi dan defisit transaksi berjalan tahun anggaran 2013 masih sesuai perkiraan.
Menteri Keuangan (Menkeu) M Chatib Basri dalam penjelasannya mengatakan, bahwa pertumbuhan ekonomi di dalam triwulan III tumbuh 5,6 persen, sehingga dari triwulan I-III itu rata-ratanya 5,8 persen.
"Dengan kondisi seperti ini, maka perkiraannya pertumbuhan ekonomi pada 2013 ini ada pada kisaran 5,6–5,8 persen seperti apa yang disampaikan oleh pemerintah sebelumnya," kata Chatib dikutip dari situs Setkab, Jumat (15/11/2013).
Adapun yang berkaitan dengan neraca pembayaran, Menkeu menjelaskan, mengalami penurunan yang cukup besar dari USD9,9 miliar menjadi USD8,4 miliar di triwulan III.
"Ada penurunan sekitar 16 persen dan kalau kita lihat sebetulnya capital account-nya itu masih mengalami surplus sebesar 4 miliar," jelas Chatib.
Penurunan dari defisit transaksi berjalan ini, jelas Menkeu, sebetulnya sejalan dengan perkiraan pemerintah dan Bank Indonesia. Hanya saja pertanyaannya adalah ketika prosentase terhadap PDB karena presentase terhadap PDB-nya pada waktu lalu disampaikan adalah 3,4-3,5 persen tapi sekarang 3,8 persen.
Menkeu menjelaskan, bahwa itu masalah simpel statistik karena kalau misalnya current account dibagi dengan GDP (Growt Domestic Product), GDP-nya itu dalam rupiah.
Kalau kemudian asumsi dolarnya berubah, lanjut Menkeu, maka dengan sendirinya, maka dolarnya menjadi lebih kecil sehingga current account terhadap GDP-nya itu kemudian seolah-olah mengalami peningkatan, padahal ini yang perlu dilihat sebetulnya adalah nominalnya.
"Jadi kalau saya ambil contoh, ini saya bacakan saja angkanya ya, pada triwulan I itu defisitnya 5,8, triwulan II 9,9, triwulan III 8,4. Kalau triwulan IV bisa lebih rendah lagi di bawah 8 maka defisit transaksi berjalan kita itu pada kisaran 30-31, kira-kira angkanya seperti itu dan itu adalah sejalan dengan proyeksi baik pemerintah maupun Bank Indonesia," papar Chatib Basri.
Jadi, lanjut Menkeu, harapannya, bahwa di dalam policy yang dilakukan ini ada gejala penurunan. "Memang kita harus mengakui bahwa keberhati-hatian tetap perlu dilakukan terutama berkaitan dengan tekanan di dalam impor migas," ungkap Menkeu.
Menteri Keuangan (Menkeu) M Chatib Basri dalam penjelasannya mengatakan, bahwa pertumbuhan ekonomi di dalam triwulan III tumbuh 5,6 persen, sehingga dari triwulan I-III itu rata-ratanya 5,8 persen.
"Dengan kondisi seperti ini, maka perkiraannya pertumbuhan ekonomi pada 2013 ini ada pada kisaran 5,6–5,8 persen seperti apa yang disampaikan oleh pemerintah sebelumnya," kata Chatib dikutip dari situs Setkab, Jumat (15/11/2013).
Adapun yang berkaitan dengan neraca pembayaran, Menkeu menjelaskan, mengalami penurunan yang cukup besar dari USD9,9 miliar menjadi USD8,4 miliar di triwulan III.
"Ada penurunan sekitar 16 persen dan kalau kita lihat sebetulnya capital account-nya itu masih mengalami surplus sebesar 4 miliar," jelas Chatib.
Penurunan dari defisit transaksi berjalan ini, jelas Menkeu, sebetulnya sejalan dengan perkiraan pemerintah dan Bank Indonesia. Hanya saja pertanyaannya adalah ketika prosentase terhadap PDB karena presentase terhadap PDB-nya pada waktu lalu disampaikan adalah 3,4-3,5 persen tapi sekarang 3,8 persen.
Menkeu menjelaskan, bahwa itu masalah simpel statistik karena kalau misalnya current account dibagi dengan GDP (Growt Domestic Product), GDP-nya itu dalam rupiah.
Kalau kemudian asumsi dolarnya berubah, lanjut Menkeu, maka dengan sendirinya, maka dolarnya menjadi lebih kecil sehingga current account terhadap GDP-nya itu kemudian seolah-olah mengalami peningkatan, padahal ini yang perlu dilihat sebetulnya adalah nominalnya.
"Jadi kalau saya ambil contoh, ini saya bacakan saja angkanya ya, pada triwulan I itu defisitnya 5,8, triwulan II 9,9, triwulan III 8,4. Kalau triwulan IV bisa lebih rendah lagi di bawah 8 maka defisit transaksi berjalan kita itu pada kisaran 30-31, kira-kira angkanya seperti itu dan itu adalah sejalan dengan proyeksi baik pemerintah maupun Bank Indonesia," papar Chatib Basri.
Jadi, lanjut Menkeu, harapannya, bahwa di dalam policy yang dilakukan ini ada gejala penurunan. "Memang kita harus mengakui bahwa keberhati-hatian tetap perlu dilakukan terutama berkaitan dengan tekanan di dalam impor migas," ungkap Menkeu.
(gpr)