Harga minyak di perdagangan Asia menguat
A
A
A
Sindonews.com - Harga minyak di perdagangan Asia hari ini menguat, setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama tidak yakin kesepakatan program nuklir Iran bisa dicapai pekan ini.
Kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember, naik 31 sen menjadi USD93,65 per barel. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk Januari, menambah 32 sen menjadi USD107,24 per barel.
"Pengamat pasar meragukan pengurangan sanksi (Iran) dalam waktu dekat," ujar analis CMC Markets, Singapura Desmond Chua, seperti dilansir dari AFP, Rabu (20/11/2013).
Harga naik meskipun perkiraan laporan Departemen Energi AS menunjukkan stok minyak mentah akan kembali meningkat untuk pekan kesembilan berturut-turut.
Iran, produsen minyak utama telah menyatakan optimisme bahwa kesepakatan dapat dicapai di Jenewa dalam negosiasi dengan Amerika Serikat, China, Rusia, Inggris, Perancis dan Jerman, yang dikenal sebagai kelompok P5+1.
Pembicaraan bertujuan untuk meyakinkan Iran memutar kembali program nuklir, dimana Teheran dituduh akan menggunakannya untuk membangun senjata nuklir. Sebagai gantinya, mereka menawarkan bantuan atas sanksi yang diberikan.
"Saya pikir ada kemungkinan untuk sukses," kata Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif setelah bertemu dengan rekannya dari Italia, Emma Bonino di Roma.
"Saya pergi ke Jenewa dengan tekad keluar dengan kesepakatan pada akhir putaran ini," tegasnya.
Namun, Obama menanggapinya dengan nada hati-hati, dengan bersikeras bantuan apapun dari sanksi - yang mencakup larangan ekspor minyak - di bawah perjanjian interim terbatas.
"Saya tidak tahu apakah kita akan mampu menutup kesepakatan pekan ini atau pekan depan," kata Obama kepada Wall Street Journal dalam forum CEO.
Obama telah meminta senator untuk menunda sanksi baru terhadap Iran selama negosiasi, kata juru bicara Gedung Putih Jay Carney.
Kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Desember, naik 31 sen menjadi USD93,65 per barel. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk Januari, menambah 32 sen menjadi USD107,24 per barel.
"Pengamat pasar meragukan pengurangan sanksi (Iran) dalam waktu dekat," ujar analis CMC Markets, Singapura Desmond Chua, seperti dilansir dari AFP, Rabu (20/11/2013).
Harga naik meskipun perkiraan laporan Departemen Energi AS menunjukkan stok minyak mentah akan kembali meningkat untuk pekan kesembilan berturut-turut.
Iran, produsen minyak utama telah menyatakan optimisme bahwa kesepakatan dapat dicapai di Jenewa dalam negosiasi dengan Amerika Serikat, China, Rusia, Inggris, Perancis dan Jerman, yang dikenal sebagai kelompok P5+1.
Pembicaraan bertujuan untuk meyakinkan Iran memutar kembali program nuklir, dimana Teheran dituduh akan menggunakannya untuk membangun senjata nuklir. Sebagai gantinya, mereka menawarkan bantuan atas sanksi yang diberikan.
"Saya pikir ada kemungkinan untuk sukses," kata Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif setelah bertemu dengan rekannya dari Italia, Emma Bonino di Roma.
"Saya pergi ke Jenewa dengan tekad keluar dengan kesepakatan pada akhir putaran ini," tegasnya.
Namun, Obama menanggapinya dengan nada hati-hati, dengan bersikeras bantuan apapun dari sanksi - yang mencakup larangan ekspor minyak - di bawah perjanjian interim terbatas.
"Saya tidak tahu apakah kita akan mampu menutup kesepakatan pekan ini atau pekan depan," kata Obama kepada Wall Street Journal dalam forum CEO.
Obama telah meminta senator untuk menunda sanksi baru terhadap Iran selama negosiasi, kata juru bicara Gedung Putih Jay Carney.
(dmd)