Hanya dalam dua bulan RI menjadi negara rapuh
A
A
A
Sindonews.com - Menteri Keuangan M Chatib Basri menyatakan, hanya dalam dua bulan Indonesia berubah menjadi negara rapuh yang tergabung dalam lima negara rapuh bersama India, Brazil, Afrika Selatan, dan Turki.
Padahal semenjak awal 2012 lalu Indonesia terkenal sebagai negara tujuan investasi. bahkan Chatib menyebut Indonesia sebagai negara kesayangan investor (investor darling).
"Tiba-tiba dalam bulan Juli-Agustus, itu kita dikategorikan sebagai negara yang tergabung dalam The Fragile Five (lima negara rapuh)," ujarnya di JCC, Senayan, Jakarta, Rabu (27/11/2013).
Bahkan Chatib mengaku dirinya sempat diminta menjelaskan situasi tersebut oleh IMF dalam Joint Committee Meeting yang digelar di Washington lalu. "Lima negara tersebut menjelaskan bagaimana permasalahan masing-masing," katanya.
Chatib menerangkan, ada persamaan masalah yang dihadapi oleh kelima negara tersebut yaitu defisit yang melanda masing-masing neraca kelima negara itu.
"Selain juga wacana tapering off yang akan dilakukan oleh Bank Sentral AS (The Fed) dimana kita akan kembali kepada kondisi tahun 2009," jelasnya.
Oleh sebab itu Chatib kembali menegaskan, pentingnya sebuah kebijakan agar kondisi perekonomian semacam ini dapat segera dilalui.
"Karena 60 persen ekonomi kita masih ditopang energi dan komoditas yang menyebabkan revenue ekspor mengalami penurunan, sedangkan impor kita tinggi. Maka perlu kebijakan yang akan mengurangi tekanan neraca perdagangan," tandasnya.
Padahal semenjak awal 2012 lalu Indonesia terkenal sebagai negara tujuan investasi. bahkan Chatib menyebut Indonesia sebagai negara kesayangan investor (investor darling).
"Tiba-tiba dalam bulan Juli-Agustus, itu kita dikategorikan sebagai negara yang tergabung dalam The Fragile Five (lima negara rapuh)," ujarnya di JCC, Senayan, Jakarta, Rabu (27/11/2013).
Bahkan Chatib mengaku dirinya sempat diminta menjelaskan situasi tersebut oleh IMF dalam Joint Committee Meeting yang digelar di Washington lalu. "Lima negara tersebut menjelaskan bagaimana permasalahan masing-masing," katanya.
Chatib menerangkan, ada persamaan masalah yang dihadapi oleh kelima negara tersebut yaitu defisit yang melanda masing-masing neraca kelima negara itu.
"Selain juga wacana tapering off yang akan dilakukan oleh Bank Sentral AS (The Fed) dimana kita akan kembali kepada kondisi tahun 2009," jelasnya.
Oleh sebab itu Chatib kembali menegaskan, pentingnya sebuah kebijakan agar kondisi perekonomian semacam ini dapat segera dilalui.
"Karena 60 persen ekonomi kita masih ditopang energi dan komoditas yang menyebabkan revenue ekspor mengalami penurunan, sedangkan impor kita tinggi. Maka perlu kebijakan yang akan mengurangi tekanan neraca perdagangan," tandasnya.
(gpr)