Investor Semarang meningkat 400 orang dalam sehari
A
A
A
Sindonews.com - PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) kembali menyelenggarakan rangkaian kegiatan sosialisasi Fasilitas AKSes di beberapa kota. Seperti diketahui sebelumnya, KSEI telah menyambangi kota Malang, Surabaya, Pekanbaru dan Yogyakarta. Kali ini, Semarang menjadi kota berikutnya yang menjadi target sosialisasi KSEI.
Sebagai salah satu kota metropolis terbesar di Indonesia selain Jakarta, Surabaya, Bandung dan Medan, Semarang pada dasarnya memiliki peluang sebagai daerah kantong investor yang potensial di wilayah Jawa Tengah.
Pada 2011, jumlah dana yang tersimpan dalam bentuk tabungan di kota Semarang terhimpun sebesar Rp1,95 triliun, yang terbagi dalam kredit perbankan, tabungan, giro, simpanan berjangka dan dana tunai baik rupiah dan mata uang asing. Investasi di pasar modal sama sekali tidak termasuk dalam dana triliunan rupiah tersebut.
Kepala Unit Komunikasi Perusahaan KSEI, Zylvia Thirda mengatakan, banyak daerah di Indonesia yang memiliki potensi sebagai kota investor, sayangnya budaya yang melekat pada masyarakat Indonesia lebih condong kepada budaya menabung, bukan berinvestasi.
"Semenjak kecil, orang tua pasti mengajarkan untuk menabung bukan berinvestasi. Kalau pun berinvestasi, masyarakat lebih senang dengan modal investasi konvensional seperti emas dan properti. Melihat potensi perekonomian yang ada di beberapa wilayah di Indonesia, tentunya hal ini sangat disayangkan," ungkap Efi dalam rilisnya, Kamis (28/11/2013).
Dia melanjutkan, berdasarkan data KSEI per Oktober 2013, terdapat sekitar 17.000 investor yang berdomisili di Jawa Tengah, yang 6.000 di antaranya berasal dari Semarang.
Dibandingkan dengan jumlah penduduk Semarang yang telah mencapai 2 juta jiwa, jumlah tersebut bahkan tidak mencapai 1 persen. “Meski belum signifikan jumlahnya, namun dari segi perkembangannya, jumlah investor di Semarang telah mengalami peningkatan selama kurang dari setahun terakhir,” paapr dia.
Dia mengungkap, jumlah investor pasar modal Indonesia yang berdomisili di Semarang per akhir Oktober 2013 meningkat sejumlah 500 orang investor atau sekitar 9 persen dibandingkan dengan data tahun 2012 yang sebesar 5.500 investor.
Dikatakan Efi, dalam rangka meningkatkan jumlah investor pasar modal Indonesia, selama beberapa waktu terakhir, Perusahaan Efek yang memiliki kerja sama di Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia menyelenggarakan program pembukaan Sub Rekening Efek secara massal.
Pembukaan Sub Rekening Efek tersebut, merupakan langkah awal bagi para mahasiswa untuk belajar tersebut Program ini merupakan langkah awal bagi para mahasiswa untuk menjadi investor.
Efi mengamini, mahasiswa memang menjadi salah satu target regulator pasar modal dalam meraih investor baru. "Dari segi usia, tentunya para mahasiswa termasuk kategori penduduk produktif yang mulai belajar untuk menghimpun dana secara mandiri. Ini juga merupakan peluang bagi regulator pasar modal untuk menanamkan pendidikan berinvestasi, sehingga diharapkan ketika pada mahasiswa ini sudah mencapai usia yang lebih matang, maka pengetahuan berinvestasinya sudah mencapai level advanced,” jelas dia.
“Pembukaan Sub Rekening Efek massal yang diprakarsai PT Phintraco Securities di Universitas Semarang hingga saat ini telah berhasil meningkatkan jumlah investor Semarang sebanyak 400 orang, tepatnya pada 23 Oktober 2013,” tandasnya.
Menurutnya, kalau dalam waktu sekitar 10 bulan baru meningkat 500 orang, ini hanya dalam waktu singkat sudah bisa bertambah 400 orang, tentunya pencapaian ini sangat baik.
Secara keseluruhan, baru 13 persen investor pasar modal di seluruh Indonesia yang telah menggunakan fasilitas ini. Padahal, belajar dari pengalaman terdahulu, Fasilitas AKSes sebaiknya digunakan investor secara berkala untuk melakukan monitoring portofolio Efek dan dana milik investor pasar modal.
Menangkap momen pembukaan Sub Rekening Efek massal tersebut, KSEI menyelenggarakan sosialisasi Fasilitas AKSes di Universitas Semarang.
Selain kegiatan sosialisasi di Universitas Semarang, KSEI juga menyelenggarakan kegiatan sosialisasi bagi Perusahaan Efek dan media yang berdomisili di Semarang.
Sebagai salah satu kota metropolis terbesar di Indonesia selain Jakarta, Surabaya, Bandung dan Medan, Semarang pada dasarnya memiliki peluang sebagai daerah kantong investor yang potensial di wilayah Jawa Tengah.
Pada 2011, jumlah dana yang tersimpan dalam bentuk tabungan di kota Semarang terhimpun sebesar Rp1,95 triliun, yang terbagi dalam kredit perbankan, tabungan, giro, simpanan berjangka dan dana tunai baik rupiah dan mata uang asing. Investasi di pasar modal sama sekali tidak termasuk dalam dana triliunan rupiah tersebut.
Kepala Unit Komunikasi Perusahaan KSEI, Zylvia Thirda mengatakan, banyak daerah di Indonesia yang memiliki potensi sebagai kota investor, sayangnya budaya yang melekat pada masyarakat Indonesia lebih condong kepada budaya menabung, bukan berinvestasi.
"Semenjak kecil, orang tua pasti mengajarkan untuk menabung bukan berinvestasi. Kalau pun berinvestasi, masyarakat lebih senang dengan modal investasi konvensional seperti emas dan properti. Melihat potensi perekonomian yang ada di beberapa wilayah di Indonesia, tentunya hal ini sangat disayangkan," ungkap Efi dalam rilisnya, Kamis (28/11/2013).
Dia melanjutkan, berdasarkan data KSEI per Oktober 2013, terdapat sekitar 17.000 investor yang berdomisili di Jawa Tengah, yang 6.000 di antaranya berasal dari Semarang.
Dibandingkan dengan jumlah penduduk Semarang yang telah mencapai 2 juta jiwa, jumlah tersebut bahkan tidak mencapai 1 persen. “Meski belum signifikan jumlahnya, namun dari segi perkembangannya, jumlah investor di Semarang telah mengalami peningkatan selama kurang dari setahun terakhir,” paapr dia.
Dia mengungkap, jumlah investor pasar modal Indonesia yang berdomisili di Semarang per akhir Oktober 2013 meningkat sejumlah 500 orang investor atau sekitar 9 persen dibandingkan dengan data tahun 2012 yang sebesar 5.500 investor.
Dikatakan Efi, dalam rangka meningkatkan jumlah investor pasar modal Indonesia, selama beberapa waktu terakhir, Perusahaan Efek yang memiliki kerja sama di Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia menyelenggarakan program pembukaan Sub Rekening Efek secara massal.
Pembukaan Sub Rekening Efek tersebut, merupakan langkah awal bagi para mahasiswa untuk belajar tersebut Program ini merupakan langkah awal bagi para mahasiswa untuk menjadi investor.
Efi mengamini, mahasiswa memang menjadi salah satu target regulator pasar modal dalam meraih investor baru. "Dari segi usia, tentunya para mahasiswa termasuk kategori penduduk produktif yang mulai belajar untuk menghimpun dana secara mandiri. Ini juga merupakan peluang bagi regulator pasar modal untuk menanamkan pendidikan berinvestasi, sehingga diharapkan ketika pada mahasiswa ini sudah mencapai usia yang lebih matang, maka pengetahuan berinvestasinya sudah mencapai level advanced,” jelas dia.
“Pembukaan Sub Rekening Efek massal yang diprakarsai PT Phintraco Securities di Universitas Semarang hingga saat ini telah berhasil meningkatkan jumlah investor Semarang sebanyak 400 orang, tepatnya pada 23 Oktober 2013,” tandasnya.
Menurutnya, kalau dalam waktu sekitar 10 bulan baru meningkat 500 orang, ini hanya dalam waktu singkat sudah bisa bertambah 400 orang, tentunya pencapaian ini sangat baik.
Secara keseluruhan, baru 13 persen investor pasar modal di seluruh Indonesia yang telah menggunakan fasilitas ini. Padahal, belajar dari pengalaman terdahulu, Fasilitas AKSes sebaiknya digunakan investor secara berkala untuk melakukan monitoring portofolio Efek dan dana milik investor pasar modal.
Menangkap momen pembukaan Sub Rekening Efek massal tersebut, KSEI menyelenggarakan sosialisasi Fasilitas AKSes di Universitas Semarang.
Selain kegiatan sosialisasi di Universitas Semarang, KSEI juga menyelenggarakan kegiatan sosialisasi bagi Perusahaan Efek dan media yang berdomisili di Semarang.
(gpr)