Pemerintah dinilai tak bisa atasi defisit perdagangan
A
A
A
Sindonews.com - Wakil Rektor II UKDW, Purnawan Hardiyanto menuturkan, 2014 merupakan tahun penuh risiko, karena Indonesia akan melaksanakan Pemilu. Di saat bersamaan, otoritas moneter di Indonesia melakukan kebijakan uang ketat untuk meredam gejolak nilai tukar rupiah yang terus melemah.
"Masalah defisit neraca perdagangan sampai saat ini tidak bisa diatasi pemerintah, sehingga masyarakat berspekulasi bila nilai tukar dolar AS terhadap rupiah semakin bertambah," ujarnya di Yogyakarta, Jumat (29/11/2013).
Menurutnya, minat spekulasi masyarakat meningkat karena paket kebijakan yang diambil menteri keuangan untuk mengurangi laju pertumbuhan impor ternyata tidak menunjukkan hasil signifikan.
"Kegagalan program kemandirian pangan yang dicanangkan pemerintah itu yang dituding sebagai penyebabnya. Pemerintah sulit mengatasi persoalan defisit neraca perdagangan ini," ujar Purnawan.
Namun, secara spesifik, dia meyakini kondisi perekonomian DI Yogyarakta (DIY) ke depan masih akan bergairah di tengah ketidakpastian ekonomi nasional. Kondisi sosial politik yang relatif kondusif di DIY menjadi salah satu alasannya.
Karena itu, dia menyarankan agar perbankan DIY mampu meningkatkan kemampuan di tengah situasi DIY yang tidak mudah goyah ini.
"Kecenderungan pengusaha DIY yang selalu ekstra hati-hati melakukan ekspansi usaha dengan pembiayaan kredit perbankan justru menjadi tantangan bagi kalangan perbankan di DIY. Rendahnya non performing loan (NPL) di DIY bisa menjadi acuan perbankan DIY untuk melakukan kebijakan ekspansi lending," pungkasnya.
"Masalah defisit neraca perdagangan sampai saat ini tidak bisa diatasi pemerintah, sehingga masyarakat berspekulasi bila nilai tukar dolar AS terhadap rupiah semakin bertambah," ujarnya di Yogyakarta, Jumat (29/11/2013).
Menurutnya, minat spekulasi masyarakat meningkat karena paket kebijakan yang diambil menteri keuangan untuk mengurangi laju pertumbuhan impor ternyata tidak menunjukkan hasil signifikan.
"Kegagalan program kemandirian pangan yang dicanangkan pemerintah itu yang dituding sebagai penyebabnya. Pemerintah sulit mengatasi persoalan defisit neraca perdagangan ini," ujar Purnawan.
Namun, secara spesifik, dia meyakini kondisi perekonomian DI Yogyarakta (DIY) ke depan masih akan bergairah di tengah ketidakpastian ekonomi nasional. Kondisi sosial politik yang relatif kondusif di DIY menjadi salah satu alasannya.
Karena itu, dia menyarankan agar perbankan DIY mampu meningkatkan kemampuan di tengah situasi DIY yang tidak mudah goyah ini.
"Kecenderungan pengusaha DIY yang selalu ekstra hati-hati melakukan ekspansi usaha dengan pembiayaan kredit perbankan justru menjadi tantangan bagi kalangan perbankan di DIY. Rendahnya non performing loan (NPL) di DIY bisa menjadi acuan perbankan DIY untuk melakukan kebijakan ekspansi lending," pungkasnya.
(izz)