Depresiasi rupiah hambat laju IHSG hingga akhir 2013
A
A
A
Sindonews.com - Depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) dinilai masih akan menghambat dan mendominasi sentimen negatif yang akan mempengaruhi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga penghujung tahun ini.
Analis PT Infovesta Utama Vilia Wati mengatakan, pergerakan pasar modal domestik menuju penghujung tahun ini tidak terlalu kondusif karena sentimen yang beredar cenderung negatif.
"Menurut kami, sentimen yang berpengaruh terhadap pergerakan bursa saham hingga akhir tahun ini masih akan didominasi seputar masalah pelemahan nilai tukar rupiaah," kata dia kepada Sindonews, Sabtu (30/11/2013).
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah pada Kamis (28/11/2013) menembus level Rp12.018/USD. Namun, sehari setelahnya atau Jumat (29/11/2013), mata uang lokal berhasil menguat ke level R11.965/USD setelah Bank Indonesia melakukan intervensi ke pasar valuta asing (valas).
Hingga penghujung 2013, Vilia memperkirakan bahwa rupiah masih cukup sulit untuk keluar dari tren pelemahannya. Itu karena meningkatnya permintaan USD dari korporasi di sisa akhir tahun ini.
Selain sentimen pelemahan rupiah, menurut Vilia, sentimen lainnya yang akan menahan laju IHSG adalah defisit neraca perdagangan domestik. Defisit neraca perdagangan RI pada Oktober 2013 tercatat sebesar USD657,2 juta. Defisit tersebut didorong angka impor yang naik 0,77 persen. Sementara scara akumulasi, defisit neraca perdagangan Januari-Oktober 2013 tercatat mencapai USD6,25 miliar.
Di samping sentimen lokal tersebut, sentimen negatif dari luar negeri berupa kepastian mengenai rencana bank sentral Amerika Serikat (The Fed) untuk mulai melakukan pemangkasan stimulus ekonomi (tapering off) juga menjadi isu utama yang dicermati investor dan memberi imbas negatif pada bursa domestik.
Sementara sentimen yang dapat mendorong laju bursa hingga akhir tahun ini, menurut Vilia adalah isu windows dressing. "Yang mungkin dapat menopang laju bursa hanyalah isu windows dressing, dimana umumnya IHSG cenderung menguat di bulan Desember," ujar dia.
IHSG pada akhir perdagangan pekan ini ditutup berhasil menguat 22,51 poin atau 0,53 persen ke level 4.256,44 karena didukung aksi beli asing. Sementara posisi IHSG terlemah sepanjang tahun ini berada di level 3.967,84, terjadi pada 27 Agustus 2013. Sedangkan posisi IHSG tertinggi berada di level 5.214,98 pada 20 Mei 2013.
Analis PT Infovesta Utama Vilia Wati mengatakan, pergerakan pasar modal domestik menuju penghujung tahun ini tidak terlalu kondusif karena sentimen yang beredar cenderung negatif.
"Menurut kami, sentimen yang berpengaruh terhadap pergerakan bursa saham hingga akhir tahun ini masih akan didominasi seputar masalah pelemahan nilai tukar rupiaah," kata dia kepada Sindonews, Sabtu (30/11/2013).
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah pada Kamis (28/11/2013) menembus level Rp12.018/USD. Namun, sehari setelahnya atau Jumat (29/11/2013), mata uang lokal berhasil menguat ke level R11.965/USD setelah Bank Indonesia melakukan intervensi ke pasar valuta asing (valas).
Hingga penghujung 2013, Vilia memperkirakan bahwa rupiah masih cukup sulit untuk keluar dari tren pelemahannya. Itu karena meningkatnya permintaan USD dari korporasi di sisa akhir tahun ini.
Selain sentimen pelemahan rupiah, menurut Vilia, sentimen lainnya yang akan menahan laju IHSG adalah defisit neraca perdagangan domestik. Defisit neraca perdagangan RI pada Oktober 2013 tercatat sebesar USD657,2 juta. Defisit tersebut didorong angka impor yang naik 0,77 persen. Sementara scara akumulasi, defisit neraca perdagangan Januari-Oktober 2013 tercatat mencapai USD6,25 miliar.
Di samping sentimen lokal tersebut, sentimen negatif dari luar negeri berupa kepastian mengenai rencana bank sentral Amerika Serikat (The Fed) untuk mulai melakukan pemangkasan stimulus ekonomi (tapering off) juga menjadi isu utama yang dicermati investor dan memberi imbas negatif pada bursa domestik.
Sementara sentimen yang dapat mendorong laju bursa hingga akhir tahun ini, menurut Vilia adalah isu windows dressing. "Yang mungkin dapat menopang laju bursa hanyalah isu windows dressing, dimana umumnya IHSG cenderung menguat di bulan Desember," ujar dia.
IHSG pada akhir perdagangan pekan ini ditutup berhasil menguat 22,51 poin atau 0,53 persen ke level 4.256,44 karena didukung aksi beli asing. Sementara posisi IHSG terlemah sepanjang tahun ini berada di level 3.967,84, terjadi pada 27 Agustus 2013. Sedangkan posisi IHSG tertinggi berada di level 5.214,98 pada 20 Mei 2013.
(rna)