FAST proyeksi pendapatan naik jadi Rp4,5 T
A
A
A
Sindonews.com - Emiten pemilik waralaba Kentucky Fried Chicken (KFC) di Indonesia, PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) memproyeksikan pendapatan hingga penghujung tahun ini sebesar Rp4,53 triliun. Angka ini naik dibanding proyeksi sebelumnya senilai Rp4,3 triliun.
Pendapatan perusahaan tersebut ditopang dari pertumbuhan penjualan minimal 10 persen dan maksimal 12 persen hingga akhir tahun. Berdasarkan materi paparan publik perseroan di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (2/12/2013) menunjukkan bahwa penjualan perseroan pada tahun lalu sebesar Rp3,74 triliun dan tahun ini diproyeksikan sekitar Rp4,13 triliun.
Target tersebut akan ditopang dari ditingkatkannya chicken efficiency di restoran KFC dengan mengurangi wastage sayap ayam dengan melakukan negosiasi kepada pemasok untuk menyuplai ayam tanpa sayap, menyediakan menu-menu yang digemari pelanggan dengan harga khusus 50 persen dari harga jual normal dalam satu hari setiap pekan tanpa menurunkan kualitas dan kuantitas.
Selain itu, terus melakukan penetrasi ke daerah tingkat II yang berpotensi dan dilanda komepetisi ketat dengan memperluas jaringan restoran yang mencakup 103 kota di 33 dari 34 provinsi di Indonesia dan melakukan renovasi restoran KFC dengan disain baru agar menarik semua kalangan konsumen.
Sementara sentimen negatif yang memepengaruhi kinerja adalah kenaikan upah minimum. Untuk mengurangi dampak kenaikan gaji, KFC melakukan program pengurangan karyawan dengan tidak memperpanjang kontrak karyawan yang sudah selesai dan membatasi penerimaan karyawan baru. Pasalnya, kenaikan upah ini tidak menyebabkan kenaikan omset.
Selain itu, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) menyebabkan naiknya biaya material handling, biaya perjalanan dan transportasi, ditambah naiknya harga elpiji sekitar 40 persen pada akhir tahun lalu dan kompetisi yang makin ketat di bisnis kuliner lokal memeberi pengaruh negatif terhadap pertumbuhan kinerja.
Sementara hingga akhir kuartal III tahun ini, perseroan membukukan pendapatan bersih sebesar Rp2,9 triliun atau meningkat 10,27 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya Rp2,63 triliun. Sedangkan laba bersih tercatat sebesar Rp107,6 miliar atau turun 23,03 persen dibanding periode yang sama tahun lalu Rp139,8 miliar.
Pendapatan perusahaan tersebut ditopang dari pertumbuhan penjualan minimal 10 persen dan maksimal 12 persen hingga akhir tahun. Berdasarkan materi paparan publik perseroan di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (2/12/2013) menunjukkan bahwa penjualan perseroan pada tahun lalu sebesar Rp3,74 triliun dan tahun ini diproyeksikan sekitar Rp4,13 triliun.
Target tersebut akan ditopang dari ditingkatkannya chicken efficiency di restoran KFC dengan mengurangi wastage sayap ayam dengan melakukan negosiasi kepada pemasok untuk menyuplai ayam tanpa sayap, menyediakan menu-menu yang digemari pelanggan dengan harga khusus 50 persen dari harga jual normal dalam satu hari setiap pekan tanpa menurunkan kualitas dan kuantitas.
Selain itu, terus melakukan penetrasi ke daerah tingkat II yang berpotensi dan dilanda komepetisi ketat dengan memperluas jaringan restoran yang mencakup 103 kota di 33 dari 34 provinsi di Indonesia dan melakukan renovasi restoran KFC dengan disain baru agar menarik semua kalangan konsumen.
Sementara sentimen negatif yang memepengaruhi kinerja adalah kenaikan upah minimum. Untuk mengurangi dampak kenaikan gaji, KFC melakukan program pengurangan karyawan dengan tidak memperpanjang kontrak karyawan yang sudah selesai dan membatasi penerimaan karyawan baru. Pasalnya, kenaikan upah ini tidak menyebabkan kenaikan omset.
Selain itu, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) menyebabkan naiknya biaya material handling, biaya perjalanan dan transportasi, ditambah naiknya harga elpiji sekitar 40 persen pada akhir tahun lalu dan kompetisi yang makin ketat di bisnis kuliner lokal memeberi pengaruh negatif terhadap pertumbuhan kinerja.
Sementara hingga akhir kuartal III tahun ini, perseroan membukukan pendapatan bersih sebesar Rp2,9 triliun atau meningkat 10,27 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya Rp2,63 triliun. Sedangkan laba bersih tercatat sebesar Rp107,6 miliar atau turun 23,03 persen dibanding periode yang sama tahun lalu Rp139,8 miliar.
(rna)