Pelemahan rupiah bikin ekspor lebih tinggi dari impor
A
A
A
Sindonews.com - Terdepresiasinya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) disinyalir malah membuat kenaikan ekspor pada Oktober meningkat ketimbang impor.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suryamin mengatakan, pelemahan rupiah membuat total angka ekspor pada Oktober naik secara month on month (mom) dari September 2013 lebih cepat dibanding impor.
"Misalkan ekspornya sudah naik 6,87 persen mom dari September, impornya ternyata hanya naik 1,06 persen," ujarnya di Gedung BPS, Jakarta, Senin (2/12/2013).
Sementara, sektor yang paling berdampak dari pelemahan rupiah yaitu perdagangan migas yang mulai terlihat mengalami perubahan. Di mana ekspor non migas secara month on month pada Oktober mengalami kenaikan sebesar 12,82 persen. Sedangkan impornya hanya sebesar 6,51 persen.
"Hal yang sama juga terjadi pada non migas, di mana ekspornya pada Oktober mengalami kenaikan 4,57 persen dari September, sedangkan imponya hanya 4,4 persen," imbuh Suryamin.
Dalam Indeks Harga Konsumen (IHK), dia mengaku sedang menghitung dampak yang dihasilkan dari pelemahan rupiah dan juga pengetatan moneter yang dilakukan Bank Indonesia (BI) terhadap harga-harga komoditas.
"Belum hitung berapa persen, tapi ada sekitar 656 komoditas inti yang dipengaruhi perekonomian, suku bunga, dan juga nilai tukar rupiah," pungkasnya.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suryamin mengatakan, pelemahan rupiah membuat total angka ekspor pada Oktober naik secara month on month (mom) dari September 2013 lebih cepat dibanding impor.
"Misalkan ekspornya sudah naik 6,87 persen mom dari September, impornya ternyata hanya naik 1,06 persen," ujarnya di Gedung BPS, Jakarta, Senin (2/12/2013).
Sementara, sektor yang paling berdampak dari pelemahan rupiah yaitu perdagangan migas yang mulai terlihat mengalami perubahan. Di mana ekspor non migas secara month on month pada Oktober mengalami kenaikan sebesar 12,82 persen. Sedangkan impornya hanya sebesar 6,51 persen.
"Hal yang sama juga terjadi pada non migas, di mana ekspornya pada Oktober mengalami kenaikan 4,57 persen dari September, sedangkan imponya hanya 4,4 persen," imbuh Suryamin.
Dalam Indeks Harga Konsumen (IHK), dia mengaku sedang menghitung dampak yang dihasilkan dari pelemahan rupiah dan juga pengetatan moneter yang dilakukan Bank Indonesia (BI) terhadap harga-harga komoditas.
"Belum hitung berapa persen, tapi ada sekitar 656 komoditas inti yang dipengaruhi perekonomian, suku bunga, dan juga nilai tukar rupiah," pungkasnya.
(izz)