Hadapi AEC, generasi muda harus ekspor budaya
A
A
A
Sindonews.com - Seluruh generasi muda, dosen ataupun guru didorong untuk mempersiapkan diri menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) 2015. Sebab jika tidak siap, maka Indonesia hanya akan menjadi korban dan penonton.
"Karena kita dalam komunitas ASEAN, tergantung kita mampu tidak, orang dari Singapura, Thailand, Filipina, tinggal datang saja. Bawa paspor tapi enggak perlu visa. Bebas," kata Wali Kota Depok Nur Mahmudi Ismail di Gedung PPSDM Nurul Fikri, Depok, Rabu (4/12/2013).
Nur mendorong agar para generasi muda bisa mengekspor budaya ke negara lain. Menurutnya, budaya Indonesia saat ini seperti 'sayup-sayup basah' atau kurang terdengar.
"Tinggal kita saat datang ke luar negeri bisa berbisnis enggak, bisa memaparkan budaya kita enggak, ekspor budaya yang bagus. Agar mampu mewarnai hidup, kelihatannya dalam perspekif budaya kita masih sayup-sayup basah. Kita punya wayang bagus, tapi banyak orang tak mengerti wayang. Pasar swalayan saja sekarang sudah dikuasai asing, begitu juga makanan," jelas dia.
Dia mendorong agar masyarakat Indonesia lebih terampil dengan meningkatkan kemampuan diri. Generasi muda pada 2015 dengan pemberlakuan ASEAN Economic Community, kata dia, harus mampu meningkatkan global competitiveness indeks.
Sehingga, kata da, akan muncul dengan baik kalau kualitas SDM juga baik dan didukung jiwa nasionalismenya oleh jutaan orang.
"Parah banget kalau kita tak siap, mereka bisa datang kesini dengan mudah, aktifitas sosial masyarakat bisa berimplikasi ke ekonomi dalam negeri. Apakah kita akan menjadi pelaku atau jadi korban seperti konsumen. Kita makin miskin, malah makin banyak yang menganggur," tutupnya.
"Karena kita dalam komunitas ASEAN, tergantung kita mampu tidak, orang dari Singapura, Thailand, Filipina, tinggal datang saja. Bawa paspor tapi enggak perlu visa. Bebas," kata Wali Kota Depok Nur Mahmudi Ismail di Gedung PPSDM Nurul Fikri, Depok, Rabu (4/12/2013).
Nur mendorong agar para generasi muda bisa mengekspor budaya ke negara lain. Menurutnya, budaya Indonesia saat ini seperti 'sayup-sayup basah' atau kurang terdengar.
"Tinggal kita saat datang ke luar negeri bisa berbisnis enggak, bisa memaparkan budaya kita enggak, ekspor budaya yang bagus. Agar mampu mewarnai hidup, kelihatannya dalam perspekif budaya kita masih sayup-sayup basah. Kita punya wayang bagus, tapi banyak orang tak mengerti wayang. Pasar swalayan saja sekarang sudah dikuasai asing, begitu juga makanan," jelas dia.
Dia mendorong agar masyarakat Indonesia lebih terampil dengan meningkatkan kemampuan diri. Generasi muda pada 2015 dengan pemberlakuan ASEAN Economic Community, kata dia, harus mampu meningkatkan global competitiveness indeks.
Sehingga, kata da, akan muncul dengan baik kalau kualitas SDM juga baik dan didukung jiwa nasionalismenya oleh jutaan orang.
"Parah banget kalau kita tak siap, mereka bisa datang kesini dengan mudah, aktifitas sosial masyarakat bisa berimplikasi ke ekonomi dalam negeri. Apakah kita akan menjadi pelaku atau jadi korban seperti konsumen. Kita makin miskin, malah makin banyak yang menganggur," tutupnya.
(izz)