IHSG sepekan ini masih dibayangi aksi jual
A
A
A
Sindonews.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepekan ini diprediksi akan berada pada rentang support 4.144-4.169 dan resisten 4.265-4.335. Peluang pelemahan masih dimungkinkan meskipun juga menawarkan entry level yang cukup menarik.
"IHSG gagal bertahan di kisaran target support (4.195-4.238) meskipun sempat juga masuk dalam kisaran resisten (4.289-4.367), sehingga masih memberikan gambaran aksi jual masih terjadi seiring belum kondusifnya konsisi pasar," kata Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada, Senin (8/12/2013).
Reza mengatakan, diharapkan rilis data-data ekonomi di awal pekan dapat lebih baik untuk mengurangi tekanan jual. Namun, menurut dia, tetap mewaspadai potensi pembalikan arah.
Bila melihat lajunya secara historikal, IHSG masih di zona merah sepanjang sepekan kemarin. Meski IHSG mengawali Desember ini dengan penguatan dan memberikan harapan baru akan mulai keluarnya IHSG dari tren pelemahannya, namun penguatan yang terjadi hanya sesaat.
"Laju IHSG pasca penguatan di awal pekan kemarin bukannya melanjutkan kenaikan, namun kembali longsor dan bahkan lebih rendah dari akhir pekan yang seharusnya dapat dijaga," papar dia.
Reza menjelaskan, sepanjang pekan kemarin, asing kembali bertambah aksi jualannya hingga senilai Rp1,15 triliun atau lebih tinggi dari pekan sebelumnya Rp8,69 miliar.
Adanya rilis inflasi dan neraca perdagangan di awal pekan yang dianggap positif memberikan amunisi baru pada IHSG, sehingga dapat memperpanjang kenaikan yang di pekan sebelumnya dicapai. Meski rilis inflasi tersebut lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya, namun tidak terlalu tingginya angka inflasi membuat pelaku pasar tidak menanggapinya terlalu negatif.
Begitu pun dengan rilis neraca perdagangan yang ternyata surplus meski tipis dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami defisit cukup tinggi. Pelaku pasar memanfaatkan sentimen positif tersebut untuk kembali masuk meskipun laju bursa saham Asia tampak variatif cenderung melemah tipis.
Laju rupiah yang di awal pekan ikut menguat turut menambah sentimen positif yang ada. Akan tetapi, pasca mengalami kenaikan tersebut, tampaknya laju IHSG kurang bergairah yang terlihat terus menunjukkan pelemahannya.
Pelaku pasar kembali pada realita, dimana kembali wait and see terhadap rilis RDG BI dan FOMC. Di sisi lain, laju bursa saham Asia yang memerah terimbas pelemahan bursa saham AS sebelumnya membuat IHSG kembali terperangkap dalam aura negatif.
Apalagi, isu tappering off The Fed mulai banyak didengungkan sehingga membuat pelaku pasar cenderung panik dan melepas posisi. Laju rupiah yang kembali mengalami pelemahan membuat pelaku pasar kian khawatir dan memiliki persepsi negatif pada kinerja emiten yang memiliki eksposur dalam USD.
Di sisi lain, imbas terbawanya suasana wait and see terhadap rilis data-data AS yang dibarengi dengan sentimen wait and see terhadap rilis neraca pembayaran BI dan hasil rapat RDG BI turut menahan laju IHSG.
Cenderung melemahnya laju bursa saham AS memberikan imbas yang cukup negatif pada laju bursa saham Asia yang juga berimbas pada laju IHSG yang masih memperpanjang penurunannya hingga penutupan akhir pekan.
Sentimen lainnya datang dari laju nilai tukar rupiah yang mampu naik tipis sepanjang sepekan kemarin. Laju rupiah berhasil menguat setelah dirilisnya angka inflasi yang masih sesuai dengan perkiraan.
BPS melaporkan inflasi November mencapai 0,12 persen seiring dengan terkendalinya harga pangan dan rilis yang lebih rendah dari November 2012 sebesar 0,34 persen. Di sisi lain, kembali surplusnya neraca perdagangan Indonesia walau tipis serta penguatan Yuan pasca merespon positif kenaikan data manufaktur China turut memberikan sentimen positif pada laju nilai tukar rupiah meskipun terdapat rilis penurunan tipis cadangan devisa.
Akan tetapi, laju penguatan tersebut masih terbatas seiring penantian pelaku pasar terhadap RDG BI dan FOMC meeting. Di sisi lain, kembalinya sentimen tapering off yang membuat laju USD kembali meningkat dan juga mulai adanya spekulasi akan meningkatnya kebutuhan USD jelang akhir tahun membuat laju rupiah kembali mengalami pelemahan.
"IHSG gagal bertahan di kisaran target support (4.195-4.238) meskipun sempat juga masuk dalam kisaran resisten (4.289-4.367), sehingga masih memberikan gambaran aksi jual masih terjadi seiring belum kondusifnya konsisi pasar," kata Kepala Riset Trust Securities Reza Priyambada, Senin (8/12/2013).
Reza mengatakan, diharapkan rilis data-data ekonomi di awal pekan dapat lebih baik untuk mengurangi tekanan jual. Namun, menurut dia, tetap mewaspadai potensi pembalikan arah.
Bila melihat lajunya secara historikal, IHSG masih di zona merah sepanjang sepekan kemarin. Meski IHSG mengawali Desember ini dengan penguatan dan memberikan harapan baru akan mulai keluarnya IHSG dari tren pelemahannya, namun penguatan yang terjadi hanya sesaat.
"Laju IHSG pasca penguatan di awal pekan kemarin bukannya melanjutkan kenaikan, namun kembali longsor dan bahkan lebih rendah dari akhir pekan yang seharusnya dapat dijaga," papar dia.
Reza menjelaskan, sepanjang pekan kemarin, asing kembali bertambah aksi jualannya hingga senilai Rp1,15 triliun atau lebih tinggi dari pekan sebelumnya Rp8,69 miliar.
Adanya rilis inflasi dan neraca perdagangan di awal pekan yang dianggap positif memberikan amunisi baru pada IHSG, sehingga dapat memperpanjang kenaikan yang di pekan sebelumnya dicapai. Meski rilis inflasi tersebut lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya, namun tidak terlalu tingginya angka inflasi membuat pelaku pasar tidak menanggapinya terlalu negatif.
Begitu pun dengan rilis neraca perdagangan yang ternyata surplus meski tipis dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalami defisit cukup tinggi. Pelaku pasar memanfaatkan sentimen positif tersebut untuk kembali masuk meskipun laju bursa saham Asia tampak variatif cenderung melemah tipis.
Laju rupiah yang di awal pekan ikut menguat turut menambah sentimen positif yang ada. Akan tetapi, pasca mengalami kenaikan tersebut, tampaknya laju IHSG kurang bergairah yang terlihat terus menunjukkan pelemahannya.
Pelaku pasar kembali pada realita, dimana kembali wait and see terhadap rilis RDG BI dan FOMC. Di sisi lain, laju bursa saham Asia yang memerah terimbas pelemahan bursa saham AS sebelumnya membuat IHSG kembali terperangkap dalam aura negatif.
Apalagi, isu tappering off The Fed mulai banyak didengungkan sehingga membuat pelaku pasar cenderung panik dan melepas posisi. Laju rupiah yang kembali mengalami pelemahan membuat pelaku pasar kian khawatir dan memiliki persepsi negatif pada kinerja emiten yang memiliki eksposur dalam USD.
Di sisi lain, imbas terbawanya suasana wait and see terhadap rilis data-data AS yang dibarengi dengan sentimen wait and see terhadap rilis neraca pembayaran BI dan hasil rapat RDG BI turut menahan laju IHSG.
Cenderung melemahnya laju bursa saham AS memberikan imbas yang cukup negatif pada laju bursa saham Asia yang juga berimbas pada laju IHSG yang masih memperpanjang penurunannya hingga penutupan akhir pekan.
Sentimen lainnya datang dari laju nilai tukar rupiah yang mampu naik tipis sepanjang sepekan kemarin. Laju rupiah berhasil menguat setelah dirilisnya angka inflasi yang masih sesuai dengan perkiraan.
BPS melaporkan inflasi November mencapai 0,12 persen seiring dengan terkendalinya harga pangan dan rilis yang lebih rendah dari November 2012 sebesar 0,34 persen. Di sisi lain, kembali surplusnya neraca perdagangan Indonesia walau tipis serta penguatan Yuan pasca merespon positif kenaikan data manufaktur China turut memberikan sentimen positif pada laju nilai tukar rupiah meskipun terdapat rilis penurunan tipis cadangan devisa.
Akan tetapi, laju penguatan tersebut masih terbatas seiring penantian pelaku pasar terhadap RDG BI dan FOMC meeting. Di sisi lain, kembalinya sentimen tapering off yang membuat laju USD kembali meningkat dan juga mulai adanya spekulasi akan meningkatnya kebutuhan USD jelang akhir tahun membuat laju rupiah kembali mengalami pelemahan.
(rna)