Gita klaim WTO Bali sukses hidupkan putaran Doha
A
A
A
Sindonews.com - Menteri Perdagangan (Mendag), Gita Wirjawan memamerkan keberhasilan Indonesia sebagai tuan rumah Konferensi Tingkat Menteri (KTM) WTO ke-9 pekan lalu di Bali. Pertemuan tersebut telah menyepakati keputusan WTO yang sebelumnya mati suri lebih dari 12 tahun.
Menurutnya, dampak kesepakatan ini sangat dahsyat untuk kemajuan negara berkembang dan negara miskin. Indonesia juga mencatat sejarah menghidupkan kembali putaran Doha yang mati sejak 2001.
"Ini dahsyat, putaran Doha yang dicanangkan 2001 untuk negara berkembang nyaris mati. Selama ini koma, nyaris mati dan sekarang kembali menghembuskan oksigen negara berkembang dan bisa terealisasi," ucap Gita di Kemendag, Jakarta, Selasa (10/12/2013).
Gita menuturkan, setidaknya ada tiga aspek kepentingan yang berhasil disepakati di dalam KTM WTO ke-9 di Bali tersebut. Paket pertama, pertanian (agricultural), di mana proteksi negara berkembang diberikan oleh negara maju. Negara maju juga berkomitmen untuk mengurangi subsidi pertaniannya.
Paket kedua adalah untuk negara miskin atau Least Development Countries (LDCs). Di mana negara miskin mendapatkan kemudahan sistem lalu lintas dan fasilitas perdagangan yang bisa dilakukan negara tersebut.
Paket terakhir, yaitu fasilitasi perdagangan (trade facility) yang digunakan untuk meningkatkan kapasitas pelayanan dari negara miskin dan negara berkembang. Cara ini dilakukan dengan catatan bantuan dari negara maju baik bantuan secara financial (keuangan) maupun transfer teknologi.
Menurutnya, dampak kesepakatan ini sangat dahsyat untuk kemajuan negara berkembang dan negara miskin. Indonesia juga mencatat sejarah menghidupkan kembali putaran Doha yang mati sejak 2001.
"Ini dahsyat, putaran Doha yang dicanangkan 2001 untuk negara berkembang nyaris mati. Selama ini koma, nyaris mati dan sekarang kembali menghembuskan oksigen negara berkembang dan bisa terealisasi," ucap Gita di Kemendag, Jakarta, Selasa (10/12/2013).
Gita menuturkan, setidaknya ada tiga aspek kepentingan yang berhasil disepakati di dalam KTM WTO ke-9 di Bali tersebut. Paket pertama, pertanian (agricultural), di mana proteksi negara berkembang diberikan oleh negara maju. Negara maju juga berkomitmen untuk mengurangi subsidi pertaniannya.
Paket kedua adalah untuk negara miskin atau Least Development Countries (LDCs). Di mana negara miskin mendapatkan kemudahan sistem lalu lintas dan fasilitas perdagangan yang bisa dilakukan negara tersebut.
Paket terakhir, yaitu fasilitasi perdagangan (trade facility) yang digunakan untuk meningkatkan kapasitas pelayanan dari negara miskin dan negara berkembang. Cara ini dilakukan dengan catatan bantuan dari negara maju baik bantuan secara financial (keuangan) maupun transfer teknologi.
(izz)