Harga minyak di Asia bervariasi
A
A
A
Sindonews.com - Harga minyak di perdagangan Asia bervariasi (mixed), karena dealer khawatir kelebihan pasokan minyak mentah global. Demikian pula, spekulasi Federal Reserve AS (The Fed) yang akan segera menarik kembali skala program stimulus ikut membebani harga.
Kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari, turun satu sen di USD97,49 pada perdagangan pertengahan pagi. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk Januari, naik empat sen menjadi USD108,71 per barel.
"Investor tidak hanya khawatir tentang kelebihan pasokan di AS dari minyak shale, tetapi juga dari negara-negara anggota OPEC, seperti Irak yang telah berjanji untuk meningkatkan pasokan," kata Kelly Teoh, strategi pasar IG Markets, Singapura, seperti dilansir dari AFP, Jumat (13/12/2013).
Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) awal bulan ini setuju untuk menjaga pagu produksinya tidak berubah di angka 30 juta barel per hari. Namun, upaya anggotanya, Irak dan Iran untuk meningkatkan output pada 2014 telah menimbulkan kekhawatiran potensi kelebihan pasokan.
Fokus kelebihan pasokan juga telah diperburuk setelah kepala suku di Libya mengatakan blokade panjang demonstran bersenjata di terminal minyak akan diangkat pada 15 Desember.
Harga juga di bawah tekanan data ekonomi AS yang menunjuk ke arah sebuah pemulihan dan mengangkat spekulasi The Fed untuk segera melakukan tapering off atas program stimulusnya.
Permulaan tapering off akan meningkatkan greenback, membuat minyak yang dihargakan dalam dolar (USD) lebih mahal bagi negara-negara yang menggunakan mata uang lain, sehingga mengurangi permintaan.
Kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Januari, turun satu sen di USD97,49 pada perdagangan pertengahan pagi. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk Januari, naik empat sen menjadi USD108,71 per barel.
"Investor tidak hanya khawatir tentang kelebihan pasokan di AS dari minyak shale, tetapi juga dari negara-negara anggota OPEC, seperti Irak yang telah berjanji untuk meningkatkan pasokan," kata Kelly Teoh, strategi pasar IG Markets, Singapura, seperti dilansir dari AFP, Jumat (13/12/2013).
Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) awal bulan ini setuju untuk menjaga pagu produksinya tidak berubah di angka 30 juta barel per hari. Namun, upaya anggotanya, Irak dan Iran untuk meningkatkan output pada 2014 telah menimbulkan kekhawatiran potensi kelebihan pasokan.
Fokus kelebihan pasokan juga telah diperburuk setelah kepala suku di Libya mengatakan blokade panjang demonstran bersenjata di terminal minyak akan diangkat pada 15 Desember.
Harga juga di bawah tekanan data ekonomi AS yang menunjuk ke arah sebuah pemulihan dan mengangkat spekulasi The Fed untuk segera melakukan tapering off atas program stimulusnya.
Permulaan tapering off akan meningkatkan greenback, membuat minyak yang dihargakan dalam dolar (USD) lebih mahal bagi negara-negara yang menggunakan mata uang lain, sehingga mengurangi permintaan.
(dmd)