UGM dorong kebijakan energi kolektif
A
A
A
Sindonews.com - Guna mengatasi persoalan energi nasional, Universitas Gajah Mada (UGM) berupaya mendorong pemerintah membuat kebijakan nasional pembangunan energi kolektif. Kebijakan tersebut wajib mewujudkan dua tujuan yakni meningkatkan produktivitas energi dan menurunkan pemakaian energi berbahan bakar minyak (BBM).
“Kami berpartisipasi dengan pemerintah dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk mengurangi konsumsi energi BBM karena menurut kami angka subsidi BBM sudah di luar kewajaran yakni mencapai 20 persen dari total APBN atau sekitar Rp311 triliun. Untuk itu diperlukan kebijakan energi yang kolektif agar hal tersebut bisa tercapai,” ujar Rektor UGM Prof Dr Pratikno, Senin (16/12/2013).
Ditemui di sela-sela pelaksanaan Kongres Nasional Kedaulatan Energi untuk Kesejahteraan Rakyat Indonesia di Balai Senat UGM, Pratikno menuturkan, guna mewujudkan kebijakan energi kolektif, Pratikno berharap fragmentasi antar lembaga pemerintah bisa dikurangi.
Kebijakan energi kolektif tersebut nantinya juga wajib menyentuh upaya peningkatan produksi energi, baik BBM maupun energi terbarukan.
“Pada kondisi ini, UGM telah mengikrarkan diri sebagai laboratorium energi dengan mengupayakan aplikasi berbagai energi terbarukan seperti biomass dan memperbanyak penggunaan energi tenaga surya mulai 2014 mendatang. Hal ini sebagai wujud komitmen UGM untuk memberikan contoh sekaligus mengedukasi masyarakat secara nasional,” jelasnya.
Sebagai upaya meningkatkan produksi energi terbarukan, Pratikno menambahkan, pihaknya akan terus berupaya melakukan penelitian dan pengembangan baik yang berskala teknologi mikro maupun yang berteknologi tinggi. Selain dari sisi teknologi, UGM juga melatih dan berharap mampu memproduksi lebih banyak sumber daya manusia yang ahli dalam memproduksi energi terbarukan.
“Tidak hanya teknologi, negara ini juga membutuhkan lebih banyak lagi para ahli yang mampu memproduksi energi bahkan dari mana saja. Para ahli ini yang nantinya akan menjadi teknisi produksi energi di seluruh penjuru Indonesia. Dengan semua daerah bergerak bersama pencapaian kedaulatan energi akan lebih mudah tercapai,” imbuhnya.
Sebagai wujud edukasi, UGM juga menggunakan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) untuk menyebarkan pentingnya efisiensi energi pada masyarakat. Dan rencananya, UGM jugan akan menggelar aksi nasional berupa gerakan budaya pengurangan penggunaan energi BBM dan peningkatan penggunaan energi terbarukan.
Sementara itu, Wakil Menteri ESDM Susilo Siswoutomo menuturkan, sudah menjadi tugas pemerintah bersama para akademisi untuk mengatasi tantangan energi ke depan yakni menyediakan energi yang cukup guna pembangunan bangsa di tengah makin meningkatnya kebutuhan energi nasional dan makin menurunnya jumlah produksi energi BBM Indonesia.
“Kami ingin memulai semuanya tersebut dalam skala yang kecil dulu saja, seperti menggalakan desa mandiri energi. Dengan memberdayakan bengkel-bengkel yang ada untuk menerapkan teknologi tepat guna, saya pikir akan lebih cepat dan mudah dibanding melibatkan industri besar. Aplikasi sebuah inovasi justru intinya hanya tiga, murah meriah, tercapai apa yang diharapkan dan mudah mengaksesnya,” paparnya.
“Kami berpartisipasi dengan pemerintah dalam hal ini Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk mengurangi konsumsi energi BBM karena menurut kami angka subsidi BBM sudah di luar kewajaran yakni mencapai 20 persen dari total APBN atau sekitar Rp311 triliun. Untuk itu diperlukan kebijakan energi yang kolektif agar hal tersebut bisa tercapai,” ujar Rektor UGM Prof Dr Pratikno, Senin (16/12/2013).
Ditemui di sela-sela pelaksanaan Kongres Nasional Kedaulatan Energi untuk Kesejahteraan Rakyat Indonesia di Balai Senat UGM, Pratikno menuturkan, guna mewujudkan kebijakan energi kolektif, Pratikno berharap fragmentasi antar lembaga pemerintah bisa dikurangi.
Kebijakan energi kolektif tersebut nantinya juga wajib menyentuh upaya peningkatan produksi energi, baik BBM maupun energi terbarukan.
“Pada kondisi ini, UGM telah mengikrarkan diri sebagai laboratorium energi dengan mengupayakan aplikasi berbagai energi terbarukan seperti biomass dan memperbanyak penggunaan energi tenaga surya mulai 2014 mendatang. Hal ini sebagai wujud komitmen UGM untuk memberikan contoh sekaligus mengedukasi masyarakat secara nasional,” jelasnya.
Sebagai upaya meningkatkan produksi energi terbarukan, Pratikno menambahkan, pihaknya akan terus berupaya melakukan penelitian dan pengembangan baik yang berskala teknologi mikro maupun yang berteknologi tinggi. Selain dari sisi teknologi, UGM juga melatih dan berharap mampu memproduksi lebih banyak sumber daya manusia yang ahli dalam memproduksi energi terbarukan.
“Tidak hanya teknologi, negara ini juga membutuhkan lebih banyak lagi para ahli yang mampu memproduksi energi bahkan dari mana saja. Para ahli ini yang nantinya akan menjadi teknisi produksi energi di seluruh penjuru Indonesia. Dengan semua daerah bergerak bersama pencapaian kedaulatan energi akan lebih mudah tercapai,” imbuhnya.
Sebagai wujud edukasi, UGM juga menggunakan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) untuk menyebarkan pentingnya efisiensi energi pada masyarakat. Dan rencananya, UGM jugan akan menggelar aksi nasional berupa gerakan budaya pengurangan penggunaan energi BBM dan peningkatan penggunaan energi terbarukan.
Sementara itu, Wakil Menteri ESDM Susilo Siswoutomo menuturkan, sudah menjadi tugas pemerintah bersama para akademisi untuk mengatasi tantangan energi ke depan yakni menyediakan energi yang cukup guna pembangunan bangsa di tengah makin meningkatnya kebutuhan energi nasional dan makin menurunnya jumlah produksi energi BBM Indonesia.
“Kami ingin memulai semuanya tersebut dalam skala yang kecil dulu saja, seperti menggalakan desa mandiri energi. Dengan memberdayakan bengkel-bengkel yang ada untuk menerapkan teknologi tepat guna, saya pikir akan lebih cepat dan mudah dibanding melibatkan industri besar. Aplikasi sebuah inovasi justru intinya hanya tiga, murah meriah, tercapai apa yang diharapkan dan mudah mengaksesnya,” paparnya.
(gpr)