AISA minta anak usaha go public kuartal I/2014
A
A
A
Sindonews.com - PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) berencana melepas anak usahanya yang bergerak dibidang perkebunan kelapa sawit, PT Bumiraya Investindo.
Sistem pelepasan kepemilikan dilakukan melalui mekanisme penawaran saham perdana (Initial Public Offering/IPO). Kepemilikan perseroan di PT Bumiraya Investindo sebesar 65 persen.
Direktur Keuangan AISA, Sjambirie Lioe mengatakan, kepemilikan perseroan di PT Bumiraya Investindo akan terdilusi menjadi di bawah 50 persen setelah pelepasan saham perdana. Hal itu sengaja dilakukan perseroan karena akan fokus di sektor makanan.
"Ke depannya akan menjadi di bawah 20 persen. Kami memang tidak ingin lagi mengonsolidasikan," tutur dia seusai paparan publik di Jakarta, Kamis (19/12/2013).
Dia menjelaskan, setiap tahun kinerja PT Bumiraya Investindo terus membaik. Tahun ini diharapkan bisa menghasilkan 75 ribu ton tandan buah segar (TBS) dengan pendapatan dikisaran Rp80 miliar.
Sedangkan tahun depan, AISA memproyeksikan anak usahanya itu bisa memproduksi 100 ribu TBS dengan pendapatan dikisaran Rp200 sampai Rp300 miliar. Tahun depan perseroan menargetkan bisa memiliki lahan yang ditanam seluas 30 ribu hektare.
Dia mengungkap, hingga kuartal III/2013, lini usaha perkebunan kelapa sawit memberikan sumbangan pendapatan Rp34,74 miliar atau sekitar 1 persen dari total konsolidasi sebesar Rp2,94 triliun.
Sementara, dari sisi segmental laba kotor, perkebunan kelapa sawit menyumbangkan Rp920 juta dari total konsolidasi Rp649,58 miliar. AISA berharap bisa mengantar PT Bumiraya Investindo ke lantai bursa pada kuartal pertama 2014.
Perseroan menargetkan memperoleh dana segar Rp500 miliar dari pelepasan saham perdana PT Bumiraya Investindo. Salah satu pemegang saham perseroan, yakni Kohlberg Kravis Robert & Co LP (KKR) telah menyatakan minatnya membeli saham PT Bumiraya Investindo.
"Dana hasil IPO akan dipergunakan PT Bumiraya Investindo mengakuisisi lahan baru seluas 26-27 ribu hektare di Pulau Sumatera. Untuk akuisisi lahan tersebut, perseroan membutuhkan dana sekitar Rp1,5 sampai Rp2 triliun," ucap dia.
Sementara, pada 2014 perseroan memproyeksikan membukukan pendapatan sebesar Rp2,56 triliun dari lini bisnis makanan.
Sistem pelepasan kepemilikan dilakukan melalui mekanisme penawaran saham perdana (Initial Public Offering/IPO). Kepemilikan perseroan di PT Bumiraya Investindo sebesar 65 persen.
Direktur Keuangan AISA, Sjambirie Lioe mengatakan, kepemilikan perseroan di PT Bumiraya Investindo akan terdilusi menjadi di bawah 50 persen setelah pelepasan saham perdana. Hal itu sengaja dilakukan perseroan karena akan fokus di sektor makanan.
"Ke depannya akan menjadi di bawah 20 persen. Kami memang tidak ingin lagi mengonsolidasikan," tutur dia seusai paparan publik di Jakarta, Kamis (19/12/2013).
Dia menjelaskan, setiap tahun kinerja PT Bumiraya Investindo terus membaik. Tahun ini diharapkan bisa menghasilkan 75 ribu ton tandan buah segar (TBS) dengan pendapatan dikisaran Rp80 miliar.
Sedangkan tahun depan, AISA memproyeksikan anak usahanya itu bisa memproduksi 100 ribu TBS dengan pendapatan dikisaran Rp200 sampai Rp300 miliar. Tahun depan perseroan menargetkan bisa memiliki lahan yang ditanam seluas 30 ribu hektare.
Dia mengungkap, hingga kuartal III/2013, lini usaha perkebunan kelapa sawit memberikan sumbangan pendapatan Rp34,74 miliar atau sekitar 1 persen dari total konsolidasi sebesar Rp2,94 triliun.
Sementara, dari sisi segmental laba kotor, perkebunan kelapa sawit menyumbangkan Rp920 juta dari total konsolidasi Rp649,58 miliar. AISA berharap bisa mengantar PT Bumiraya Investindo ke lantai bursa pada kuartal pertama 2014.
Perseroan menargetkan memperoleh dana segar Rp500 miliar dari pelepasan saham perdana PT Bumiraya Investindo. Salah satu pemegang saham perseroan, yakni Kohlberg Kravis Robert & Co LP (KKR) telah menyatakan minatnya membeli saham PT Bumiraya Investindo.
"Dana hasil IPO akan dipergunakan PT Bumiraya Investindo mengakuisisi lahan baru seluas 26-27 ribu hektare di Pulau Sumatera. Untuk akuisisi lahan tersebut, perseroan membutuhkan dana sekitar Rp1,5 sampai Rp2 triliun," ucap dia.
Sementara, pada 2014 perseroan memproyeksikan membukukan pendapatan sebesar Rp2,56 triliun dari lini bisnis makanan.
(izz)