INAF proyeksi pendapatan Rp1,4 T di 2014

Selasa, 24 Desember 2013 - 16:26 WIB
INAF proyeksi pendapatan...
INAF proyeksi pendapatan Rp1,4 T di 2014
A A A
Sindonews.com - PT Indofarma Tbk (INAF) memproyeksikan pendapatan pada tahun depan sekitar Rp1,3-1,4 triliun atau tumbuh sekitar 20 persen dibanding tahun ini.

Pada akhir tahun 2013, perseroan berharap dapat membukukan pendapatan Rp1,2 triliun. Hingga September, penjualan bersih perseroan mengalami penurunan 8,6 persen dari Rp701,54 miliar menjadi Rp640,88 miliar.

Sementara rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp61,17 miliar, sedangkan pada periode yang sama tahun sebelumnya berhasil membukukan laba sebesar Rp20,03 miliar.

Direktur Keuangan INAF John Guntar Sebayang mengatakan, penurunan pendapatan pada sembilan bulan pertama tahun ini karena beberapa faktor, salah satunya renovasi pabrik milik perseroan.

“Dari produksi ada persyaratan untuk perbaikan fasilitas-fasilitas Indofarma yang menyebabkan kami melakukan renovasi, sehingga pada periode pertama tahun ini, produksinya tidak setinggi tahun lalu,” papar John saat paparan publik di Jakarta, Selasa (24/12/2013).

Dia menjelaskan, perbaikan pabrik tersebut telah berlangsung dari awal Januari hingga pertengahan tahun 2013 atau sekitar tujuh bulan.

Dengan demikian, pasca renovasi membuat produksi perseroan tidak bekerja maksimal, padahal pabrik ini menyumbang produksi utama sebesar 70 persen.

Adapun, renovasi pabrik ini merupakan perintah dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) yang mengharuskan fasilitas-fasilitas Indofarma dilakukan renovasi.

Selain itu, dia menjelaskan, adanya depresiasi rupiah dan kenaikan upah minimum provinsi (UMP) dan bahan baku juga turut membuat penurunan pendapatan.

Direktur Utama INAF Elfiano Rizaldi menuturkan, adanya permintaan kenaikan UMP di daerah Cibitung, Bekasi membuat kurang optimalnya kinerja perseroan tahun ini. Pasalnya, permintaan UMP daerah tersebut menjadi lebih tinggi mencapai Rp2,9 juta hingga Rp3 juta.

“Padahal UMP di sana sudah naik dari Rp1,8 juta menjadi Rp2,4 juta. Namun, permintaan mereka ternyata ingin lebih tinggi menjadi Rp2,9-Rp3 juta, sehingga ini memang memberatkan seluruh industri termasuk Indofarma,” papar dia.
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0722 seconds (0.1#10.140)