Realisasi PMA di Jateng masih minim
A
A
A
Sindonews.com - Investasi dari penaman modal asing (PMA) masih cukup minim di Jawa Tengah. Dari Rp17 triliun realisasi investasi perusahan besar dan menengah untuk PMA hanya mencapai Rp1 triliun, sedangkan Rp16 triliun masih didominasi dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).
“Untuk realisasi investasi kita sudah melebihi target yang ditetapkan nasional. Untuk jumlahnya dari Rp17 triliun yang sudah masuk, Rp16 triliun dari PMDN dan hanya Rp1 triliun dari PMA,” kata Kepala Badan Penanaman Modal Daerah (BPMD) Jateng, Yuni Astuti, Rabu (25/12/2013).
Yuni mengaku, dengan masih sedikitnya investasi dari asing justru menjadi peluang bagi Jawa Tengah untuk menarik penanaman modal asing. Dalam hal ini bagaimana pemerintah daerah termasuk Kabupaten dan Kota serta Kamar Dagang dan Industri (Kadin) mengupayakan supaya investor asing semakin tertarik menanamkan modalnya di Jawa Tengah.
Dia mengaku optimis pada 2014, investasi di Jateng tidak hanya didominasi oleh investasi dalam negeri, namun juga investasi dari pihak asing. Hal ini dikarenakan pada 2014, pemerintah Provinsi Jateng bakal memfokuskan pada pembangunan infrastruktur, termasuk jalan.
“Tahun 2014, Gubernur (Ganjar Pranowo) menyebut sebagai tahun infrastruktur, dimana sebagian besar dana akan difokuskan untuk pembenahan infrastruktur. Dengan pembenahan infrastruktur, maka share ekonomi di Jateng akan lebih bagus, dan tentunya akan semakin menarik minat pemodal asing untuk menanamkan modalnya di Jawa Tengah,” katanya.
Yuni menyebutkan, Jateng memang masih kekurangan kawasan industri. Saat ini kawasan industri di Jateng hanya ada di Kota Semarang yang berjumlah enam buah, dan di kabupaten cilacap satu buah. Idealnya satu kabupaten punya kawasan industri walaupun kecil.
Untuk mengantisipasinya, BPMD terus mengarahkan perluasan pabrik dan pembangunan usaha baru baik penanaman modal dalam negeri maupun asing untuk masuk ke kawasan industri.
Terpisah, Pengamat Ekonomi Aviliani mengungkapkan, untuk menciptakan daya saing pemerintah Provinsi Jateng didesak untuk mengembangkan kawasan industri. Selama ini Jateng dinilai masih banyak bertopang hanya pada sektor perdagangan saja.
“Kabupaten/Kota harus menerapkan kebijakan pengembangan kawasan sub urban sebagai antisipasi titik jenuh lonjakan penduduk. Disisi lain pengembangan kawasan industri maupun kawasan ekonomi yang ada hingga kini belum optimal,” katanya.
“Untuk realisasi investasi kita sudah melebihi target yang ditetapkan nasional. Untuk jumlahnya dari Rp17 triliun yang sudah masuk, Rp16 triliun dari PMDN dan hanya Rp1 triliun dari PMA,” kata Kepala Badan Penanaman Modal Daerah (BPMD) Jateng, Yuni Astuti, Rabu (25/12/2013).
Yuni mengaku, dengan masih sedikitnya investasi dari asing justru menjadi peluang bagi Jawa Tengah untuk menarik penanaman modal asing. Dalam hal ini bagaimana pemerintah daerah termasuk Kabupaten dan Kota serta Kamar Dagang dan Industri (Kadin) mengupayakan supaya investor asing semakin tertarik menanamkan modalnya di Jawa Tengah.
Dia mengaku optimis pada 2014, investasi di Jateng tidak hanya didominasi oleh investasi dalam negeri, namun juga investasi dari pihak asing. Hal ini dikarenakan pada 2014, pemerintah Provinsi Jateng bakal memfokuskan pada pembangunan infrastruktur, termasuk jalan.
“Tahun 2014, Gubernur (Ganjar Pranowo) menyebut sebagai tahun infrastruktur, dimana sebagian besar dana akan difokuskan untuk pembenahan infrastruktur. Dengan pembenahan infrastruktur, maka share ekonomi di Jateng akan lebih bagus, dan tentunya akan semakin menarik minat pemodal asing untuk menanamkan modalnya di Jawa Tengah,” katanya.
Yuni menyebutkan, Jateng memang masih kekurangan kawasan industri. Saat ini kawasan industri di Jateng hanya ada di Kota Semarang yang berjumlah enam buah, dan di kabupaten cilacap satu buah. Idealnya satu kabupaten punya kawasan industri walaupun kecil.
Untuk mengantisipasinya, BPMD terus mengarahkan perluasan pabrik dan pembangunan usaha baru baik penanaman modal dalam negeri maupun asing untuk masuk ke kawasan industri.
Terpisah, Pengamat Ekonomi Aviliani mengungkapkan, untuk menciptakan daya saing pemerintah Provinsi Jateng didesak untuk mengembangkan kawasan industri. Selama ini Jateng dinilai masih banyak bertopang hanya pada sektor perdagangan saja.
“Kabupaten/Kota harus menerapkan kebijakan pengembangan kawasan sub urban sebagai antisipasi titik jenuh lonjakan penduduk. Disisi lain pengembangan kawasan industri maupun kawasan ekonomi yang ada hingga kini belum optimal,” katanya.
(gpr)