Harga minyak di perdagangan Asia naik tipis
A
A
A
Sindonews.com - Harga minyak mentah di perdagangan Asia hari ini naik tipis, di tengah kekhawatiran pasokan, menyusul kekerasan yang meningkat di produsen minyak Sudan Selatan. Tapi, keuntungan dibatasi dealer di sela-sela lead baru setelah musim perayaan.
Kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari, naik 13 sen menjadi USD99,35 per barel pada perdagangan sore. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk Februari naik 17 sen menjadi USD112,07 per barel.
Sanjeev Gupta, kepala praktik minyak dan gas Asia Pasifik, EY, mengatakan, harga minyak sedang didukung oleh kekhawatiran gangguan pasokan di Sudan Selatan.
"Tapi, pasar akan tetap range-bound sampai rilis data ekonomi baru selama minggu pertama 2014," ujarnya, seperti dilansir dari AFP, Kamis (26/12/2013).
Kekerasan di Sudan Selatan, produsen minyak baru, meningkat pada Rabu (25/12/2013), karena tentara berjuang menghalau pasukan pemberontak. Ribuan orang diyakini telah tewas dalam lebih dari sepekan, akibat kekerasan pasukan yang setia kepada Presiden Salva Kiir terhadap mereka pendukung saingannya, Riek Machar, mantan wakil presiden yang dipecat pada Juli lalu.
Produksi minyak, yang menyumbang lebih dari 95 persen perekonomian Sudan Selatan, telah tertekan konflik. Kekerasan yang meningkat telah menambah kekhawatiran gangguan pasokan global, menyusul pembatasan output dari anggota OPEC, Libya karena blokade selama berbulan-bulan dari terminal penting di bagian timur negara itu.
Investor juga menunggu data mingguan persediaan minyak AS, yang akan dirilis Jumat sebagai petunjuk permintaan AS. Analis memproyeksikan persediaan Amerika turun 2,2 juta barel (survei Wall Street Journal).
Kontrak utama New York, minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari, naik 13 sen menjadi USD99,35 per barel pada perdagangan sore. Sementara minyak mentah Brent North Sea untuk Februari naik 17 sen menjadi USD112,07 per barel.
Sanjeev Gupta, kepala praktik minyak dan gas Asia Pasifik, EY, mengatakan, harga minyak sedang didukung oleh kekhawatiran gangguan pasokan di Sudan Selatan.
"Tapi, pasar akan tetap range-bound sampai rilis data ekonomi baru selama minggu pertama 2014," ujarnya, seperti dilansir dari AFP, Kamis (26/12/2013).
Kekerasan di Sudan Selatan, produsen minyak baru, meningkat pada Rabu (25/12/2013), karena tentara berjuang menghalau pasukan pemberontak. Ribuan orang diyakini telah tewas dalam lebih dari sepekan, akibat kekerasan pasukan yang setia kepada Presiden Salva Kiir terhadap mereka pendukung saingannya, Riek Machar, mantan wakil presiden yang dipecat pada Juli lalu.
Produksi minyak, yang menyumbang lebih dari 95 persen perekonomian Sudan Selatan, telah tertekan konflik. Kekerasan yang meningkat telah menambah kekhawatiran gangguan pasokan global, menyusul pembatasan output dari anggota OPEC, Libya karena blokade selama berbulan-bulan dari terminal penting di bagian timur negara itu.
Investor juga menunggu data mingguan persediaan minyak AS, yang akan dirilis Jumat sebagai petunjuk permintaan AS. Analis memproyeksikan persediaan Amerika turun 2,2 juta barel (survei Wall Street Journal).
(dmd)