Atasi pelemahan rupiah, RI perkuat pangan nasional
A
A
A
Sindonews.com - Pelemahan rupiah yang dipengaruhi kebijakan Bank Central Amerika Serikat (The Fed) bisa ditekan risikonya dengan langkah memperkuat pangan nasional sehingga bisa menggairahkan kegiatan ekspor.
Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengungkapkan, pelemahan rupiah yang terjadi belakangan ini tak lepas dari sikap Bank Central AS yang menurunkan aktivitas pelonggaran kuantitatif. Langkah ini mengakibatkan penyiraman dolar ke sistem keuangan di dunia akan semakin dikurangi.
Kata Gita, Kondisi ini akhirnya mempengaruhi banyaknya dolar di pasaran sehingga dolar menguat dan nilai tukar di manapun mengalami pelemahan termasuk rupiah. "Saya kira ini akan berkelanjutan, karena sifat Bank Central akan berkelanjutan," ujarnya, Jumat (27/12/2013).
Meski demkian, dia meyakini dengan langkah fiskal yang diambil pemerintah dan langkah moneternya bisa mengurangi risiko atau mitigasi terjadinya kelanjutan pelemahan rupiah di pasar.
Selain itu, seiring meningkatnya kepercayaan di pasar mengenai langkah yang terus diambil pemerintah. Dia juga melihat ada beberapa efek dalam perdagangan atas dampaknya pelemahan rupiah.
Gita mengungkapkan, pelemahan rupiah bisa mendorong peningkatan kapasitas eksportir untuk meningkatkan kegiatan ekspornya.
Hanya saja, hal itu juga dapat mempengaruhi tidak terlalu positif terkait kegiatan impor mengingat masih ada makanan atau produk pangan yang harus diimpor di mana hal ini sedikit banyak juga mempengaruhi inflasi.
"Ke depan kita harus perkuat pangan nasional, saya bersedia berkomunikasi dengaan kemeterian terkait supaya bisa ditingkatkan produksi pangan kita," imbuhnya.
Dengan komunikasi yang lebih intenif dengan kementerian terkait sehingga bisa meningkatkan produksi dalam negeri. Demikian kegiatan ekspor lainnya perlu ditingkatkan seperti tekstil, alas kaki dan kerajinan. "Saya optimis industrialiasi mulai kelihatan di Indonesia yang terkait produk impor seperti otomatif dan kapal," ucapnya.
Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengungkapkan, pelemahan rupiah yang terjadi belakangan ini tak lepas dari sikap Bank Central AS yang menurunkan aktivitas pelonggaran kuantitatif. Langkah ini mengakibatkan penyiraman dolar ke sistem keuangan di dunia akan semakin dikurangi.
Kata Gita, Kondisi ini akhirnya mempengaruhi banyaknya dolar di pasaran sehingga dolar menguat dan nilai tukar di manapun mengalami pelemahan termasuk rupiah. "Saya kira ini akan berkelanjutan, karena sifat Bank Central akan berkelanjutan," ujarnya, Jumat (27/12/2013).
Meski demkian, dia meyakini dengan langkah fiskal yang diambil pemerintah dan langkah moneternya bisa mengurangi risiko atau mitigasi terjadinya kelanjutan pelemahan rupiah di pasar.
Selain itu, seiring meningkatnya kepercayaan di pasar mengenai langkah yang terus diambil pemerintah. Dia juga melihat ada beberapa efek dalam perdagangan atas dampaknya pelemahan rupiah.
Gita mengungkapkan, pelemahan rupiah bisa mendorong peningkatan kapasitas eksportir untuk meningkatkan kegiatan ekspornya.
Hanya saja, hal itu juga dapat mempengaruhi tidak terlalu positif terkait kegiatan impor mengingat masih ada makanan atau produk pangan yang harus diimpor di mana hal ini sedikit banyak juga mempengaruhi inflasi.
"Ke depan kita harus perkuat pangan nasional, saya bersedia berkomunikasi dengaan kemeterian terkait supaya bisa ditingkatkan produksi pangan kita," imbuhnya.
Dengan komunikasi yang lebih intenif dengan kementerian terkait sehingga bisa meningkatkan produksi dalam negeri. Demikian kegiatan ekspor lainnya perlu ditingkatkan seperti tekstil, alas kaki dan kerajinan. "Saya optimis industrialiasi mulai kelihatan di Indonesia yang terkait produk impor seperti otomatif dan kapal," ucapnya.
(gpr)