BNI AM besarkan reksa dana saham di 2014
A
A
A
Sindonews.com - PT BNI Asset Manajemen (BNI AM) harus berpikir keras memilih strategi yang cocok untuk menghadapi berbagai tantangan investasi di 2014, mulai kenaikan pajak reksa dana dan obligasi menjadi 15 persen hingga gejolak ekonomi global yang merespon langkah the Fed.
"Tahun depan kita akan besarkan reksa dana berbasis saham. Jadi, peraturan kenaikan pajak yang 15 persen itu bisa kita kurangi karena yang terkena terutama yang dari obligasi," ujar Direktur Utama BNI Asset Manajemen Idamshah Runizam saat dihubungi Sindonews, Rabu (1/1/2014).
Dia menuturkan, saham-saham yang akan menjadi fokus perseroan terutama adalah saham-saham di sektor konsumsi. Hal ini mengingat fundamental usahanya yang cenderung stabil dan tahan goncangan.
"Kalau saham yang dihindari, kami lihat ada sektor konstruksi dan turunannya. Saham perbankan juga akan terpengaruh kalau konstruksi turun karena penyaluran kredit mereka (perbankan) juga akan ikut terdampak kalau investasi konstruksi menurun," papar dia.
Sepanjang 2014, menurut Idhamshah akan menjadi tahun yang penuh tantangan bagi industri di Tanah Air, termasuk industri reksa dana.
Selain akan ada perhelatan akbar berupa pemilihan umum (pemliu), beberapa peraturan pemerintah dari mulai larangan ekspor mineral mentah, kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) hingga kenaikan pajak penghasilan (PPh) atas penghasilan dari bunga obligasi turut mewarnai laju pasar investasi Tanah Air.
PT Infovesta Utama sebelumnya memproyeksikan, kinerja rata-rata reksa dana saham berdasarkan imbal hasil (return) pada tahun politik masih tumbuh di atas reksa dana lainnya.
Analis riset PT Infovesta Utama Vilia Wati mengatakan, sentimen yang diperkirakan berpotensi mempengaruhi kinerja reksa dana di tahun mendatang, antara lain kelanjutan pembahasan batas utang AS (US debt ceiling) di awal tahun 2014, pengurangan stimulus oleh the Fed dan rilis data indikator ekonomi global.
"Sementara sentimen dari dalam negeri, diantaranya indikator ekonomi domestik dan isu-isu politik terkait pemilu," kata dia kepada Sindonews, belum lama ini.
Dia memprediksi, kinerja reksa dana saham pada tahun ini berpotensi tumbuh antara 9-12 persen. Angka itu di atas proyeksi kinerja reksa dana campuran sekitar 8-10 persen dan pendapatan tetap sekitar 6-7 persen.
"Tahun depan kita akan besarkan reksa dana berbasis saham. Jadi, peraturan kenaikan pajak yang 15 persen itu bisa kita kurangi karena yang terkena terutama yang dari obligasi," ujar Direktur Utama BNI Asset Manajemen Idamshah Runizam saat dihubungi Sindonews, Rabu (1/1/2014).
Dia menuturkan, saham-saham yang akan menjadi fokus perseroan terutama adalah saham-saham di sektor konsumsi. Hal ini mengingat fundamental usahanya yang cenderung stabil dan tahan goncangan.
"Kalau saham yang dihindari, kami lihat ada sektor konstruksi dan turunannya. Saham perbankan juga akan terpengaruh kalau konstruksi turun karena penyaluran kredit mereka (perbankan) juga akan ikut terdampak kalau investasi konstruksi menurun," papar dia.
Sepanjang 2014, menurut Idhamshah akan menjadi tahun yang penuh tantangan bagi industri di Tanah Air, termasuk industri reksa dana.
Selain akan ada perhelatan akbar berupa pemilihan umum (pemliu), beberapa peraturan pemerintah dari mulai larangan ekspor mineral mentah, kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) hingga kenaikan pajak penghasilan (PPh) atas penghasilan dari bunga obligasi turut mewarnai laju pasar investasi Tanah Air.
PT Infovesta Utama sebelumnya memproyeksikan, kinerja rata-rata reksa dana saham berdasarkan imbal hasil (return) pada tahun politik masih tumbuh di atas reksa dana lainnya.
Analis riset PT Infovesta Utama Vilia Wati mengatakan, sentimen yang diperkirakan berpotensi mempengaruhi kinerja reksa dana di tahun mendatang, antara lain kelanjutan pembahasan batas utang AS (US debt ceiling) di awal tahun 2014, pengurangan stimulus oleh the Fed dan rilis data indikator ekonomi global.
"Sementara sentimen dari dalam negeri, diantaranya indikator ekonomi domestik dan isu-isu politik terkait pemilu," kata dia kepada Sindonews, belum lama ini.
Dia memprediksi, kinerja reksa dana saham pada tahun ini berpotensi tumbuh antara 9-12 persen. Angka itu di atas proyeksi kinerja reksa dana campuran sekitar 8-10 persen dan pendapatan tetap sekitar 6-7 persen.
(rna)